
Saudaraku, sering kali telinga kita mendengar ucapan sinis, “Kamu bisanya cuma menasehati, nasehatmu tidak berguna!” Padahal, ucapan ini sejatinya bukanlah kebenaran. Sebab, Allah Ta’ala sendiri telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa nasehat itu memiliki tempat yang mulia dan manfaat yang besar, namun tidak bagi semua orang.
Allah berfirman:
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ
“Berilah peringatan! Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat: 55)
Ayat ini mengajarkan kepada kita, bahwa faidah dari nasehat bukanlah untuk semua hati, melainkan hanya bagi mereka yang masih dijaga imannya. Saudaraku, jika engkau masih merasa hatimu tersentuh ketika mendengar kebaikan, itu tanda bahwa Allah masih memberimu cahaya iman.
BACA JUGA: Saudaraku, Ketahuilah, Malaikat Maut Mengintai
Saudaraku,
Para nabi dan rasul diutus oleh Allah bukan untuk memberi harta, jabatan, atau kekuasaan, melainkan untuk menyampaikan mau’izhah—peringatan, nasehat, dan petunjuk. Lihatlah bagaimana Nabi Nuh ‘alaihis salam terus menyeru kaumnya selama 950 tahun, meskipun hanya sedikit yang mau mendengarkan. Jika ukuran keberhasilan adalah jumlah pengikut, tentu seruan Nabi Nuh akan dianggap sia-sia. Namun di sisi Allah, itulah amal mulia yang kelak meninggikan derajat beliau.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata, “Hati manusia itu seperti tanah, ada yang subur dan siap menerima hujan nasehat, ada pula yang tandus sehingga hujan deras pun tak menumbuhkan apapun.” Maka, jika ada yang menolak nasehat, bukan berarti nasehat itu tak berharga. Tetapi hati merekalah yang keras dan tertutup.
Saudaraku,
Allah Ta’ala berfirman:
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَىٰ وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى
“Berilah peringatan jika peringatan itu bermanfaat. Maka orang yang takut kepada Allah akan mengambil pelajaran, sedangkan orang yang celaka akan menjauh.” (QS. Al-A’laa: 9-11)
Saudaraku, dari ayat ini kita memahami bahwa ada dua golongan manusia ketika mendengar nasehat:
Orang yang beriman dan takut kepada Allah – mereka akan tersadar, menangis, dan memperbaiki diri.
Orang yang celaka dan sombong – mereka akan meremehkan, menolak, bahkan mencemooh.
Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata, “Nasehat itu mudah diucapkan, tapi berat bagi jiwa yang menentang. Yang mengambil manfaat hanyalah orang-orang yang Allah bukakan pintu hatinya.”
Saudaraku, jangan pernah berhenti menasehati, walaupun engkau sering diremehkan. Karena memberi nasehat adalah wujud cinta seorang muslim kepada saudaranya. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
الدِّينُ النَّصِيحَةُ
“Agama itu adalah nasehat.” (HR. Muslim)
Jika seseorang tidak mau menerima nasehat, maka penolakan itu tidak mengurangi pahala bagi orang yang menasehati. Bahkan sebaliknya, semakin jelaslah bahwa penasehat itu telah menunaikan kewajiban, sementara yang menolak telah menutup pintu kebaikan bagi dirinya sendiri.
BACA JUGA: Saudaraku, Peliharalah Shalat Asharmu ….
Saudaraku, janganlah kita merasa hina karena hanya bisa memberi nasehat. Justru itu adalah warisan kenabian yang paling mulia. Nasehat mungkin tidak langsung mengubah, tetapi ia meninggalkan bekas di hati orang-orang beriman. Tugas kita hanyalah menyampaikan, sedangkan hidayah adalah milik Allah.
Seperti kata seorang salaf, “Janganlah engkau tinggalkan nasehat karena takut tidak didengar. Cukuplah engkau telah menunaikan amanahmu, sementara hati mereka berada di tangan Allah.”
Maka, teruslah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu hanya bermanfaat bagi orang-orang yang masih memiliki cahaya iman. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam