
Ibnu Majah menuturkan, Utsman bin Abu Syaibah bercerita kepada kami, Muawiyah bin Hisyam bercerita kepada kami, Ali bin Shalih bercerita kepada kami, dari Yazid bin Abu Ziyad, dari Ibrahim, dari Alqamah, dari Abdullah, ia berkata, “Suatu ketika, kami berada di dekat Rasulullah . Air mata beliau berlinang dan rona muka beliau berubah. Aku pun berkata, ‘Kami melihat sesuatu yang tidak kami suka di wajahmu.’
Beliau berkata, ‘Kami adalah ahlul bait. Allah memilihkan akhirat untuk kami, bukan dunia. Keluargaku akan menghadapi musibah dan pengusiran sepeninggalku, hingga muncul suatu kaum dari timur. Mereka membawa panji-panji hitam. Mereka meminta roti, tapi tidak diberi. Mereka pun berperang lalu menang. Mereka kemudian diberi apa pun yang mereka minta. Mereka tidak menerimanya hingga menyerahkannya kepada seseorang dari Ahlul Bait-ku. Ia memenuhi dunia dengan keadilan, seperti dunia dipenuhi kezaliman. Maka, barangsiapa di antara kalian yang menjumpai peristiwa itu, hendaklah mendatangi mereka meski dengan merangkak di atas salju.” (Ibnu Majah (11/4088)
Rangkaian hadits ini mengisyaratkan Bani Abbas, seperti yang telah disinggung sebelumnya saat membahas awal berdirinya Daulah mereka pada tahun 132 Hijriyah.
BACA JUGA: Fitnah Dajjal di Akhir Zaman
Hadits ini menunjukkan bahwa Al-Mahdi akan muncul setelah Daulah Bani Abbas, dan ia berasal dari Ahlul Bait, dari keturunan Fathimah binti Rasulullah, dari keturunan Hasan dan Husain, seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib. Wallahu a’lam.
Ibnu Majah menuturkan, Muhammad bin Yahya dan Ahmad bin Yusuf bercerita kepada kami, keduanya berkata, Abdurrazzaq bercerita kepada kami, dari Sufyan Ats-Tsauri, dari Khalid Al-Khuza’i Abu Qilabah, dari Abu Asma’ Ar-Rahabi, dari Tsauban, ia berkata; Rasulullah bersabda:
يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَارَكُمْ ثَلاثَةٌ كُلُّهُمُ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لَا يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلاً لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ. ثُمَّ ذكَرَ شَيْئًا لا أَحْفَظُهُ. فَقَالَ: فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْرًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ.
“Akan ada tiga orang berperang di dekat harta simpanan kalian, mereka semua anak khalifah. Selanjutnya harta simpanan itu tidak menjadi milik seorang pun di antara mereka. Setelah itu muncul panji-panji hitam dari timur, lalu mereka memerangi kalian dengan hebatnya, yang belum pernah dilancarkan oleh suatu kaum pun.” Setelah itu beliau menyebut sesuatu yang tidak aku hafal. Beliau meneruskan, “Maka, jika kalian melihatnya, baiatlah dia meski dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah, Al-Mahdi.” (Ibnu Majah (II/4084)
Hanya Ibnu Majah yang meriwayatkan hadits ini. Sanad hadits ini kuat dan shahih. Secara zhahir, yang dimaksud harta simpanan dalam hadits ini adalah harta simpanan Ka’bah. Tiga anak khalifah saling berperang di dekatnya hingga akhir zaman tiba. Setelah itu Al-Mahdi muncul dari negeri-negeri timur, bukan dari terowongan Samarra seperti yang diklaim orang-orang bodoh Rafidhah bahwa Al-Mahdi sudah ada saat ini, dan mereka tengah menantikan kemunculannya di akhir zaman.
Pernyataan seperti ini termasuk pernyataan ngelantur, salah satu bentuk pengabaian, dan penyakit gila yang ditimbulkan setan, karena tidak ada dalil ataupun bukti dari Al-Qur’an, As-Sunah, akal sehat, ataupun dalil istihsan.
Tirmidzi menuturkan, Qutaibah bercerita kepada kami, Rusydin bin Sa’ad bercerita kepada kami, dari Yunus, dari Ibnu Syihab Az-Zuhri, dari Qabishah bin Dzuaib, dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:
يَخْرُجُ مِنْ خُرَاسَانَ رَايَاتٌ سُودٌ لا يَرُدُّهَا شَيْ حَتَّى تُنْصَبَ بِإِيلِيَاءَ
“Akan muncul panji-panji hitam dari Khurasan, lalu tidak ada sesuatu pun yang menghalanginya hingga ditancapkan di Elia (Palestina).” (HR. At-Tirmidzi (UV/2269)
Hadits ini gharib. Panji-panji hitam yang disebut dalam riwayat-riwayat ini bukan yang dibawa Abu Muslim Al-Khurasani, lalu dengan panji-panji itu ia menyerang Daulah Bani Umaiyah pada tahun 132 Hijriyah. Panji hitam yang dimaksud adalah panji-panji hitam lain yang dibawa Al-Mahdi. Ia adalah Muhammad bin Abdullah Al-Alawi Al-Fathimi Al-Hasani.
Allah membenahinya dalam satu malam. Maksudnya, menerima tobatnya, membimbingnya, memberinya pemahaman dan petunjuk setelah sebelumnya tidak seperti itu. la didukung orang-orang dari timur. Mereka membela dan menegakkan kekuasaannnya, serta memperkuat sendi-sendi kekuasaannya. Panji-panji mereka berwarna hitam.
Hitam adalah lambang ketenangan, karena panji Rasulullah juga berwarna hitam, namanya Al-Iqab. Khalid bin Walid memasang panji ini di Tsaniyah, di sebelah timur Damaskus saat datang dari Irak, sehingga kawasan Tsaniyah dikenal dengan panji hitam Rasulullah ini. Saat ini, kawasan tersebut dinamakan Tsaniyatul Iqab. Disebut Al-Iqab yang berarti hukuman karena panji ini menjadi hukuman bagi orang-orang kafir dari kalangan Nasrani Romawi dan Arab, dan memperteguh kesudahan baik bagi hamba-hamba Allah yang beriman dari kalangan Muhajirin dan Anshar, serta para pengikut mereka selanjutnya, hingga hari pembalasan. Segala puji hanya bagi Allah.
Selain itu, Rasulullah juga memasuki Mekah pada saat penaklukan Mekah dengan mengenakan pelindung kepala dari besi berwarna hitam.
Riwayat lain menyebutkan, beliau mengikat kepala dengan surban hitam di luar besi pelindung kepala. Intinya, Al-Mahdi yang dipuji dan dijanjikan muncul di akhir zaman, ia akan muncul dari arah timur dan akan dibaiat di dekat Ka’bah, seperti yang ditunjukkan oleh nash hadits. Saya telah menyebutkan tentang Al-Mahdi dalam satu bagian kitab tersendiri. Segala puji hanya bagi Allah.
Ibnu Majah juga menuturkan, Nashr bin Ali Al-Jahdhami bercerita kepada kami, Muhammad bin Marwan Al-Uqaili bercerita kepada kami, Umarah bin Abu Hafshah bercerita kepada kami, dari Zaid Al-A’ma, dari Abu Shiddiq An-Naji, dari Sa’id Al-Khudri, Nabi bersabda, “Al-Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku. Jika masa (keberadaannya di tengah-tengah kalian) pendek, maka selama tujuh tahun. Jika tidak pendek, maka selama sembilan tahun. Pada masa itu, umatku merasakan kenikmatan yang sama sekali tidak pernah mereka dengar sepertinya. Bumi memunculkan segala hasilnya tanpa menyimpan sesuatu pun. Harta benda pada saat itu melimpah. Seseorang berdiri lalu berkata, “Wahai Mahdi! Berilah aku (harta). Ia (Al-Mahdi) pun berkata, ‘Ambillah’.” (HR. Ibnu Majah (01/4083)
Tirmidzi menuturkan, Muhammad bin Yasar bercerita kepada kami, Muhammad bin Ja’far bercerita kepada kami, Syu’bah bercerita kepada kami, ia berkata; aku mendengar Zaid Al-A’ma, aku mendengar Abu Shiddiq An-Naji bercerita dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, “Kami khawatir jika sepeninggal Nabi akan terjadi sesuatu. Kami pun bertanya kepada Nabi Allah beliau kemudian bersabda, ‘Di tengah-tengah umatku ada Al-Mahdi. la akan muncul dan bertahan (di tengah-tengah kalian) selama lima, tujuh, atau sembilan tahun. Seseorang datang kepadanya lalu berkata, ‘Wahai Mahdi! Berilah aku (harta). la (Al-Mahdi) lantas menciduk (harta) dengan tangan (dan ia letakkan) di pakaiannya sebanyak yang bisa ia bawa’.” (HR. Al-Tirmidzi (IV/2232)
Hadits ini hasan. Hadits ini juga diriwayatkan melalui jalur lain dari Nabi Abu Shiddiq namanya Bakar bin Amr. Ada juga yang menyebut Bakar bin Qais. Hadits ini menunjukkan, batas maksimal keberadaan sembilan tahun, dan minimal lima atau tujuh tahun. Mungkin, Al-Mahdi adalah khalifah yang melemparkan harta tanpa ia hitung yang disebut dalam hadits. Wallahu a’lam. Pada masanya, buah-buahan, tanaman, dan harta benda melimpah ruah, kekuasaan kuat, agama tegak, musuh kalah, dan kebaikan pada masanya bertahan.
Imam Ahmad menuturkan, Khalaf bin Walid bercerita kepada kami, Ubbad bin Ubbad bercerita kepada kami, Khalid bin Sa’id bercerita kepada kami, dari Abu Waddak, dari Abu Sa’id, seseorang berkata, “Demi Allah, setiap kali seorang pemimpin muncul memimpin kami, pasti lebih buruk dari pemimpin sebelumnya.”
Abu Sa’id berkata, “Andai saja bukan karena sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah, tentu aku mengatakan seperti yang dia katakan. Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Sungguh, di antara pemimpin-pemimpin kalian ada seorang pemimpin yang melemparkan harta tanpa ia hitung. Seseorang datang kepadanya lalu meminta, maka pemimpin tersebut berkata, ‘Ambillah! Orang yang meminta kemudian membentangkan pakaiannya, lalu ia melemparkan perbendaharaan ke dalam pakaian tersebut. Rasulullah membentangkan selimut tebal yang beliau kenakan, menceritakan tindakan yang dilakukan si pemimpin, lalu beliau satukan sisi-sisinya. Beliau kemudian bersabda, “la mengambil harta itu lalu pergi,” (HR. Ahmad (111/97) 18 HR. Ibnu Majah (11/4087).
Hanya Ahmad yang meriwayatkan hadits ini melalui jalur ini.
Ibnu Majah menuturkan, Hadbah bin Abdul Wahhab bercerita kepada kami, Sa’ad bin Abdullah Al-Junaid bercerita kepada kami, dari Ja’far, dari Ali bin Ziyad Al-Yamani, dari Ikrimah bin Ammar, dari Ishaq bin Abdullah bin Abu Thalhah, dari Anas bin Malik, ia berkata; aku mendengar Rasulullah bersabda, “Kami, anak-anak Abdul Muttalib adalah pemimpin-pemimpin para penghuni surga; aku, Hamzah, Ali, Ja’far, Hasan, Husain, dan Al-Mahdi.”
Syekh kami, Abu Hajjaj Al-Mizzi berkata, “Seperti itulah yang disebutkan dalam Sunan Ibnu Majah.”
Di dalam sanad hadits ini ada Ali bin Ziyad Al-Yamani. Yang benar adalah Abdullah bin Ziyad As-Suhaimi. Seperti itu juga yang disebutkan Al-Bukhari dalam At-Tarikh dan Ibnu Hatim dalam Al-Jarh wat Ta’dil. la adalah orang yang tidak dikenali. Hadits ini munkar.
BACA JUGA: Kabar tentang Nabi Akhir Zaman
Adapun hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah dalam Sunan-nya; Yunus bin Abdul A’la bercerita kepada kami, Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i bercerita kepada kami, Muhammad bin Khalid Al-Jundi bercerita kepada kami, dari Abban bin Shalih, dari Hasan, dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda, “Tidaklah urusan (agama) ini bertambah kecuali hanya kesengsaraan, dan tidaklah dunia ini bertambah kecuali kemunduran, tidak pula manusia semakin bertambah melainkan kekikiran, Kiamat tidak akan terjadi kecuali pada seburuk-buruk manusia, dan tidaklah muncul Al-Mahdi kecuali ia adalah Isa bin Maryam.” (HR. Ibnu Majah (II/4039)
Hadits ini dikenal diriwayatkan Muhammad bin Khalid Al-Jundi Ash-Shan’ani Al-Muadzin, syekh Asy-Syafi’i. Sejumlah ahli hadits juga meriwayatkan darinya. Ia bukan perawi yang tidak dikenali seperti yang dikatakan Hakim. Bahkan diriwayatkan dari Ibnu Ma’in, bahwa ia menyatakan Muhammad bin Khalid Al-Jundi tsiqah. Hanya saja sebagian perawi ada yang meriwayatkan hadits ini dari Abban, dari Abu lyyasy, dari Hasan Al-Bashri secara mursal.
Syekh kami menyebutkan dalam At-Tahdzib, diriwayatkan dari sebagian perawi bahwa ia memimpikan Asy-Syafi’i mendustakan Yunus bin Abdul A’la Ash-Shadafi. Padahal Yunus termasuk perawi tsiqah, tidak bisa dicela hanya karena mimpi seseorang. Hadits ini secara jelas bertentangan dengan hadits-hadits yang kami sebutkan sebelumnya bahwa Al-Mahdi bukanlah Isa putra Maryam. Turunnya Al-Mahdi sebelum Isa sudah jelas, adapun setelah turunnya Isa, jika dicermati hal tersebut tidaklah saling menafikan. Mungkin yang dimaksud adalah Al-Mahdi sebenarnya, yaitu Isa putra Maryam. Juga tidak menutup kemungkinan jika ia adalah Al-Mahdi lainnya. Wallahu a’lam. []
Sumber: Bencana dan Peperangan Akhir Zaman, Sebagaimana Rasulullah ﷺ Kabarkan, Karya: Ibnu Katsir, Penerbit Ummul Quro, Cetakan Mei 2015 M/Sya’ban 1435 Hijriyah
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam