JOIN GRUP WHATSAPP: Pusat Studi Islam

Nasihat

Saudaraku, Dunia Ini Sekadar Sayap Nyamuk dan Menipu

Saudaraku,

Rasulullah ﷺ bersabda, “Andaikan dunia itu senilai dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.” (HR. Tirmidzi).

Betapa rendah dan remehnya nilai dunia ini di hadapan Allah, bahkan tidak lebih dari sebelah sayap seekor nyamuk. Padahal, kita sering begitu terganggu oleh nyamuk di malam hari—tidur tak nyenyak, rasa jengkel yang membuncah hanya karena dengungannya yang kecil. Lalu bayangkan, jika sayap nyamuk yang nilainya seremeh itu saja sudah bisa mengusik kita, bagaimana mungkin kita masih tergoda mengejar dunia yang nilainya bahkan tidak sampai sayap nyamuk di sisi Allah?

Dunia ini sering memperdaya kita. Ia membisikkan janji kebahagiaan, kemuliaan, dan kepuasan yang tampak begitu indah di mata. Namun sesungguhnya, semua itu hanyalah fatamorgana. Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya:

BACA JUGA:  Nasihat Tidak Berguna, Saudaraku?

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamnya mengagumkan para petani kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. al-Hadid [57]: 20)

Saudaraku,

Dunia ini hanyalah ladang ujian, bukan tempat tinggal abadi. Kita datang ke dunia tanpa membawa apa pun, dan kelak meninggalkannya juga tanpa membawa apa pun selain amal. Dunia hanyalah jembatan, bukan tujuan.

Imam Hasan al-Bashri rahimahullah berkata, “Sesungguhnya dunia hanyalah tiga hari: kemarin yang telah pergi dengan segala apa yang kau lakukan; besok yang belum tentu engkau dapatkan; dan hari ini yang ada padamu, maka beramallah di dalamnya.” Renungan ini menampar kita: mengapa harus bersusah payah mengejar dunia, padahal tak ada kepastian ia akan setia menemani?

Kita terlalu sering membenci nyamuk karena ia mengganggu tidur kita. Namun, jarang sekali kita membenci dunia yang justru lebih berbahaya: ia mampu menipu hati, memalingkan kita dari akhirat, dan menjerumuskan ke dalam kelalaian. Jika nyamuk saja membuat kita gelisah, mengapa kita tak pernah segelisah itu ketika hati kita mulai terpaut kuat pada dunia?

Saudaraku,

Imam Ahmad rahimahullah pernah berkata, “Zuhud terhadap dunia bukan berarti engkau mengharamkan yang halal atau membuang harta, tetapi hatimu lebih yakin kepada apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu.” Itulah kunci selamat dari tipu daya dunia: meletakkannya di tangan, bukan di hati.

BACA JUGA: Saudaraku, Peliharalah Shalat Asharmu …

Karena pada akhirnya, dunia tak pernah benar-benar bisa memuaskan kita. Ketika satu keinginan tercapai, akan lahir seribu keinginan lain. Jiwa ini terus haus, tak pernah puas, sampai kita mengisi hati dengan kecintaan kepada Allah dan harapan akan surga-Nya.

Saudaraku, jangan biarkan sayap nyamuk yang nilainya hina itu menjadi alasan kita lupa pada tujuan utama hidup ini: meraih ridha Allah dan menikmati keabadian di akhirat. Sebab dunia hanya sesaat, sedangkan akhirat selamanya.

Semoga Allah menjaga hati kita agar tidak tertipu oleh pesona dunia, dan menjadikan kita termasuk hamba yang senantiasa mengingat akhirat sebagai tempat kembali yang sejati. []

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam

Related posts
Nasihat

Kemuliaan Jiwa dalam 3 Perkara: Renungan dari Nasihat Imam asy-Syafi’iy rahimahullah

Nasihat

Untuk Apa Mengeluh pada Makhluk?

Nasihat

Gunakan Sisa Usiamu untuk Berbuat Baik: Pesan Menyentuh dari Fudhail bin ‘Iyadh

Nasihat

Bermajelis dengan Orang Saleh: Mengubah Hati, Mengubah Hidup