
Al-Fârûq-sang pembeda. Demikian julukan yang diberikan Rasulullah untuk Umar bin Khattab, karena ia dapat membedakan yang benar dan yang batil, yang baik dan yang buruk.
Umar sangat menyukai dan kerap memakai juukan ini.
Rasulullah berkata, “Allah telah menempatkan kebenaran di lisan dan hati Umar. Dialah al-Fârûq, yang membedakan atau memisahkan yang hak dan yang batil.”
Namun, sebagian kalangan mengartikan al-Fârûq sebagai penjaga Rasulullah dan pencerai-berai barisan kaum kafir, musuh yang senantiasa membangkang dan melawan dakwah Rasul.
Pada masa-masa awal memeluk Islam, Umar bin Khattab bertanya kepada Rasul, “Wahai Rasulullah, bukankah hidup dan mati kita dalam kebenaran?”
BACA JUGA: 6 Sifat Umar Bin Khattab (1)
Rasul menjawab, “Ya! Demi Allah, hidup dan mati kita dalam kebenaran!”
Umar kembali berkata, “Jika demi kian, mengapa kita sembunyi-sembunyi dalam mendak wahkan ajaran kita? Demi Dzat yang mengutusmu atas nama kebenaran, sudah saatnya kita keluar!”
Setelah itu, Nabi keluar dengan dua barisan sahabat. Umar dan Hamzah dua sosok yang ditakuti dan disegani Quraisy memimpin setiap barisan.
Ketika mereka memasuki Ka’bah, tak satu pun orang Quraisy berani mengganggu mereka. Karena itulah Umar dipanggil al-Fårûq.
Umar juga dijuluki Abû Hafsh atau ayah Hafshah, perempuan mulia yang kemudian menjadi istri Rasulullah.
Pernikahan Rasulullah dengan Hafshah merupakan bukti cinta kasih Rasul kepada seorang mukminah yang telah menjanda karena ditinggal mati suaminya, Khunais ibn Hudzafah al-Sahami, yang berjihad di jalan Allah dan gugur pada Perang Badar.
Umar bin Khattab sangat sedih melihat putrinya jadi janda di usianya yang masih muda.
Umar berniat menikahkan Hafshah dengan seorang muslim yang shaleh agar hati Umar kembali tenang. Untuk itu, Umar pergi ke rumah Abu Bakar dan meminta kesediaannya untuk menikahi putrinya itu.
Abu Bakar diam, tidak menjawab sedikit pun.
Kemudian Umar menemui Utsman ibn Affan dengan permintaan yang sama.
Tapi Utsman ketika itu masih berkabung karena istrinya, Ruqayah bint Muhammad, baru saja meninggal dunia.
Utsman pun menolak permintaan Umar.
Umar bin Khattab kecewa.
Ia lalu menemui Rasulullah, mengadukan sikap kedua sahabatnya itu.
Mendengar penuturan Umar, Rasulullah berkata, “Hafshah akan menikah dengan lelaki yang lebih baik daripada Utsman dan Abu Bakar. Utsman pun akan menikah dengan perempuan yang lebih baik daripada Hafshah.”
Umar langsung mengerti bahwa Nabi sendiri yang akan meminang putrinya itu.
bin Khattab juga dicatat sebagai orang yang pertama kali digelari Amîr al-Mu’minin, Pemimpin orang beriman. Seorang utusan dari Irak datang menghadap Umar untuk memberitakan keadaan wilayah pemerintahan Irak.
Saat tiba di Madinah, utusan itu masuk ke masjid dan bertemu dengan Amr ibn Ash. Ia bertanya tentang Khalifah Umar, “Wahai Amr, maukah engkau mengantarku menghadap Amirul Mukminin?”
BACA JUGA: Perhatian Umar bin Khattab pada Rakyatnya
Amr balik bertanya, “Mengapa kau memanggil khalifah dengan Amirul Mukminin?”
Utusan itu menjawab, “Ya, karena Umar adalah pemimpin (amîr), sementara kita adalah orang- orang beriman (mu’minîn).”
Amr menilai panggilan itu sangat baik. “Demi Allah, tepat sekali engkau menyebutkan namanya.”
Sejak itu, gelar Amirul Mukminin lekat pada Umar dan para khalifah sesudahnya. []
Sumber: Kisah Hidup Umar ibn Khattab/Karya: Dr. Musthafah Murad, Lc/Penerbit: Zaman
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam