Ashim bin Abu Bakar bin Abdul Aziz bin Marwan sedang mengadakan perjalanan ke Damsakus.
Sesampainya di sana, ia mampr ke rumah Abdul Malik bin Umar bin Abduk Aziz, sepupunya.
Setelah menunaikan shalat Isya, dan lampu dipadamkan. Berangkatlah keduanya ke peraduan.
BACA JUGA: Imam Malik dan Sepucuk Surat
Tengah malam, Ashim terbangun. Didapatinya Abdul Malik berdiri dalam shalatnya. Didengarnya pula ia tengah membaca ayat:
اَفَرَءَيْتَ اِنْ مَّتَّعْنٰهُمْ سِنِيْنَ ۙ ﴿٢٠٥﴾ثُمَّ جَاۤءَهُمْ مَّا كَانُوْا يُوْعَدُوْنَ
مَآ اَغْنٰى عَنْهُمْ مَّا كَانُوْا يُمَتَّعُوْنَ ۗ
“Maka bagaimana pendapatmu jika kepada mereka Kami berikan kenikmatan hidup beberapa tahun. kemudian datang kepada mereka azab yang diancamkan kepada mereka. Niscaya tidak berguna bagi mereka kenikmatan yang mereka rasakan.” (Q.S. Asy-Syu’ara: 205-207)
Abdul Malik mengulang-ulang ayat tersebut. Terus menerus. Diiringi dengan isak tangisan yang tersedu sedan.
Ashim memandanginya dengan kekhawatiran yang teramat sangat. Ia berkata pada dirinya, ‘Aku khawatir ia mati sebab tangisannya’.
BACA JUGA: Umar bin Khattab dan Putranya, Abdullah
Maka ia pun menggumamkan kalimat hamdalah, seolah ia baru terbangun.
Abduk Malik dan rintih tangisnya segera berhenti.
Abdul Malik, salah satu pemuda dari keturunan agung, Umar bin Khattab. Dikatakan oleh banyak orang, ketakwaannya, sifat taqarrubnya, rasa khusyu, dan takutnya akan maksiat, adalah yang paling mendekati Abdullah bin Umar. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: wa.me/6285860492560 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam20
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam