JOIN GRUP WHATSAPP: Pusat Studi Islam

Sirah

Detik-detik Akhir Kehidupan Umar bin Khattab

Rasulullah, Ibrahim bin Adham, Umar bin Khattab

Hasan bin Shalih bin Hayyin berkata, “Aku pernah mendengar Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq berkata, ‘Aku tidak bertanggung jawab atas kalangan yang membicarakan tentang Abu Bakar dan Umar bin Khattab kecuali kebaikan’.”

Al-Laits bin Sa’ad berkata, “Pada masa Umar menjadi khalifah, ia berhasil menaklukkan kota Damaskus, kemudian Yarmuk pada tahun 15 Hijriyah, Jabiyah tahun 16 Hijriyah, liya dan Saragh tahun 17 Hijriyah, benteng Layun dan Qaisariyah di Syam, serta kematian Hirqal pada tahun 20 Hijriyah. Pada tahun tersebut Mesir ditaklukkan dan pada tahun 21 Hijriyah kota Nahawan ditaklukkan, lalu kota Iskandariyah pada tahun 22 Hijriyah. Pada tahun yang sama kota Isthakhar dan Hamdzan ditaklukkan. Kemudian Amr bin Al Ash menyerang Tharabulis di Maroko. Setelah itu terjadi perang Amuriyah. Pemimpin Mesir pada saat itu adalah Wahab bin Umair Al Jumahi, sedangkan pemimpin Syam ketika itu adalah Abu Al A’war, pada tahun 23 Hijriyah. Umar kemudian menyerang Masdaral Hajj pada akhir tahun.”

Sa’id bin Al Musayyib berkata, “Sesungguhnya ketika Umar bertolak dari Mina, beliau tinggal di Abthakh, kemudian menimbun tanah hingga menjadi gundukan dan berbaring di atasnya, lalu mengangkat kedua tangannya ke langit seraya berdoa, ‘Ya Allah, usiaku telah tua, kekuatanku melemah, dan rakyatku menyebar luas, maka kembalikanlah aku kepada-Mu tanpa melakukan penganiayaan dan kezhaliman.” Belum juga bulan Dzulhijjah habis, beliau ditusuk hingga wafat.”

BACA JUGA: Pujian Nabi untuk Umar bin Khattab

Diriwayatkan dari Umar, bahwa beliau berkata, “Ya Allah, berilah aku rezeki kesyahidan di jalan-Mu dan jadikan kematianku di negeri Rasul-Mu.”

Ma’dan bin Abu Thalhah Al Ya’mari berkata, “Pada hari Jum’at Umar berkhutbah dan bercerita tentang Nabi SAW serta Abu Bakar. Setelah itu berkata, ‘Aku bermimpi melihat seekor ayam jago mematukku sekali atau dua kali dan aku tidak melihat bahwa itu adalah pertanda kematianku. Ada suatu kaum yang menyuruhku untuk menjadi khalifah. Sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan agamanya dan tidak pula kekhalifahannya. Jika aku segera dipanggil maka tampuk kepemimpinan khalifah diserahkan kepada enam orang yang ketika Rasulullah SAW meninggal beliau ridha kepada mereka.”

Az-Zuhri berkata, “Umar tidak mengizinkan tawanan yang telah mimpi untuk masuk Madinah hingga Al Mughirah bin Syu’bah, wali Kufah, menulis kepadanya dengan menjelaskan budaknya yang pandai dan meminta izin kepada beliau agar boleh masuk Madinah, ia berkata, ‘Dia mempunyai banyak amal yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dia orang yang gigih, pandai berdebat, dan berprofesi sebagai tukang kayu’.

Umar kernudian memberikan restu agar ia dikirim dan Al Mughirah mewajibkan ia membayar seratus dirham setiap bulan. Budak itu lalu datang menemui Umar dan melaporkan tentang kesulitannya membayar pajak. Umar lantas berkata, ‘Pajakmu tidak banyak. Dia lalu kembali dalam keadaan kesal.

Setelah beberapa malan Umar memanggilnya, dia berkata, ‘Bukankah aku pernah diberitahu bahwa kamu mengatakan bahwa seandainya mau maka aku akan membuat penggiling yang dijalankan dengan angin?’ la lantas menoleh ke arah Umar dengan wajah cemberut, seraya berkata, ‘Aku benar-benar akan membuat penggilingan untukmu yang bisa berbicara dengan manusia.

Ketika dia berpaling, Umar berkata kepada sahabat-sahabatnya, ‘Hamba ini berjanji kepadaku tadi. Abu Lulu’ah lalu membuat tombak berkepala dua yang pegangannya berada di tengah, dan itu disembunyikannya di pojok masjid yang gelap.”

Amru bin Maimun Al Audi berkata, “Sesungguhnya Abu Lulu’ah, budak Al Mughirah, menusuk Umar dengan tombaknya yang bermata dua. Dia juga menusuk 12 orang yang bersama beliau, sementara jumlah yang meninggal enam orang. Kemudian seorang pria dari Irak melemparkan baju kepadanya. Maka ketika dia telah memakainya, dia pun bunuh diri.”

Amir bin Abdullah bin Zubair meriwayatkan dari ayahnya, ia berkata, “Suatu ketika aku datang dari pasar, sedangkan Umar bersandar kepadaku. Tak lama kemudian Abu Lulu’ah lewat sambil melihat ke arah Umar dengan pandangan yang aku kira seandainya tidak ada aku maka dia akan menyerangnya. Setelah itu aku datang ke masjid untuk shalat Subuh. Pada saat itu aku dalam kondisi antara tidur dan bangun. Tiba-tiba aku mendengar Umar berkata, ‘Aku dibunuh oleh anjing’. Lalu dengan serentak orang-orang berdatangan. Kemudian shalat dilanjutkan oleh Abdurrahman bin Auf.”

Diriwayatkan dari Abu Rafi’, ia berkata, “Abu Lulu’ah adalah budak Al Mughirah yang membuat alat penumbuk. Al Mugirah menuntutnya agar menyerahkan kepadanya setiap hari empat dirham. Lalu dia bertemu dengan Umar, maka ia berkata, ‘Wahai Amirul Mukminin, sebenarnya Al Mughirah telah membuatku susah, maka bicaralah kepadanya’.

Umar menjawab, ‘Bersikap baiklah kepada tuanmu. Sebenarnya Umar berniat akan berbicara dengan Al Mughirah, tetapi budak itu telanjur marah dan berkata, ‘Keadilannya berlaku untuk semua orang kecuali aku’. Sejak itu dia berniat membunuhnya. la lalu mengambil tombak untuk diasah dan diberi racun. Sebelum bertakbir, Umar berkata, ‘Luruskan barisan kalian’.

Tak lama kemudian Abu Lulu’ah masuk ke dalam shaf, lalu menusuk Umar di bagian pundak dan lambungnya, hingga Umar terjatuh. Dia juga menusuk tiga belas orang lainnya, hingga enam di antara mereka menemui ajal. Umar kemudian dibawa ke rumahnya saat matahari hampir terbit. Selanjutnya Ibnu Auf memimpin shalat berjamaah dengan membaca surah pendek. Umar lalu diberi sari anggur, beliau meminumnya hingga minuman tersebut keluar dari lukanya, tetapi beliau berusaha tidak menampakkannya.

Mereka lantas memberinya susu hingga keluar dari lukanya, lalu mereka berkata, ‘Kamu tidak apa-apa?’ Beliau menjawab, ‘Jika bunuh diri diperbolehkan maka aku pasti sudah bunuh diri’. Orang-orang pun memujinya, seraya berkata, ‘Engkau bisa dan pasti bisa.” Beliau berkata, ‘Demi Allah, aku ingin keluar dari dunia ini dalam keadaan tenang serta bersih, dan persahabatan dengan Rasulullah telah menyelamatkanku’.”

Ketika memujinya, Ibnu Abbas berkata, “Seandainya aku mempunyai emas seberat bumi, maka aku akan menggunakaannya untuk menebus ketakutan orang-orang dan aku akan menjadikannya sebagai sarana musyawarah dengan Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurrahman, dan Sa’ad. Umar telah menyuruh Shuhaib untuk memimpin shalat jamaah bersama orang-orang. Di antara enam orang itu ada tiga orang yang ditangguhkan.”

Diriwayatkan dari Amru bin Maimun, bahwa Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku-ngaku Islam.” Setelah itu beliau berkata kepada Ibnu Abbas, “Kamu dan Ayahmu sama-sama senang memperbanyak budak di Madinah.”

Kemudian beliau berkata, “Wahai Abdullah, hitunglah berapa utangku.” Mereka lalu menghitungnya dan beliau temyata memiliki utang 86 ribu dirham, atau kisaran jumlah tersebut. Beliau lantas berkata, “Jika harta keluarga Umar cukup maka bayarlah dengan uangnya, namun jika tidak maka mintalah kepada bani Adi. Jika harta mereka tidak cukup maka mintalah kepada orang-orang Quraisy Pergilah kepada Ummul Mukminin Aisyah, lalu katakan bahwa Umar meminta izin untuk dimakamkan bersama dua orang sahabatnya (Muhammad dan Abu Bakar).”

BACA JUGA: Keimanan Umar bin Khattab Disebutkan dalam Hadist Nabi

Dia kemudian pergi menemui Aisyah, dan Aisyah berkata, “Sebenarnya aku menginginkan tempat itu untuk diriku sendiri, tetapi aku lebih mengutamakan Umar daripada diriku.”

Setelah itu Abdullah datang seraya berkata, “Dia telah mengizinkanmu. Selanjutnya beliau memuji Allah Tak lama kemudian datanglah Ummul Mukminin Hafshah dan wanita-wanita lain menutupi jasad Umar. Ketika kami melihatnya, kami berdiri. Aku kemudian tinggal di sisinya sejenak. Setelah itu para sahabat meminta izin. Hafshah lalu masuk, kemudian kami mendengarkan tangisannya.

Sebelum menemui ajal, Umar sempat diminta, “Berwasiatlah wahai Amirul Mukminin dan tentukan pengganti kekhalifahanmu!” Beliau menjawab, “Aku melihat tidak seorang pun yang layak memegang tampuk kepemimpinan ini daripada orang-orang yang pada saat Rasulullah SAW meninggal beliau ridha terhadap mereka.” Dia kemudian menyebut enam orang tersebut.

Amru berkata, “Dia mengatakan bahwa Abdullah bin Umar termasuk salah satu dari mereka, padahal sebenarnya dia tidak ada kaitannya dengan hal itu. Jika kepemimpinan jatuh ke tangan Sa’ad, maka itu yang diharapkan, namun jika tidak maka pilihlah siapa di antara kalian yang pantas menjadi pemimpin, karena sebenarnya aku menurunkannya bukan karena lemah dan pengkhianatan.” []

Sumber: Nuzhatul Fudhala’ Tahdzih Siyar A’lam An-Nubala (Ringkasan Siyar A’lam An-Nubala) / Penulis: Imam Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Utsman Adz-Dzahabi / Penerbit: Pustaka Azzam / Cetakan Kedua, Juni 2011

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam

Related posts
Sirah

Kesabaran Para Sahabat Nabi

Sirah

Khadijah binti Khuwailid r.a.

Sirah

15 Contoh Ketawadhuan Rasulullah ﷺ

Sirah

Peristiwa Tahun 14 Hijriyah