
Diriwayatkan dari Rasulullah ﷺ dalam Shahihin: “Sesungguhnya amalan itu bergantung pada niat dan Sesungguhnya seseorang akan mendapatkan balasan sesuai dengan niatnya.”
Hadist ini merupakan prinsip dari agama Islam.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ia berkata: “Seseorang itu akan menghafal sesuai dengan kadar niatnya.”
Dalam riwayat lain: “Orang itu diberi sesuai dengan apa yang diniatkan.”
BACA JUGA: Keutamaan Pedagang yang Jujur dan Amanah
Diriwayatkan dari Abul Qosim Al-Qusyairi radiallahu anhu, ia berkata: “Ikhlas ialah meniatkan ketaatannya hanya untuk Allah SWT semata. Maksudnya dengan ketaatannya tersebut ia hanya bertujuan mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala bukan karena mengharap hal lain dari respon makhluk, mengharap pujian orang, menyukai pujian dari manusia, atau yang semacamnya, selain untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.”
Ia berkata: “Bisa dikatakan bahw ikhlas ialah memurnikan perbuatan dari segala bentuk perhatian makhluk.”
Menurut Hudzaifah Al-Mar’asyi radhiallahu anhu: “Ikhlas adalah samanya perbuatan hamba antara yang tampak dengan yang tersembunyi.”
Menurut Dzun Nun radiallah anhu : “Ada tiga tanda ikhlas yaitu memosisikan pujian sebagaimana celaan, tidak mengingat-ingat amalan-amalan baik yang telah dikerjakan, dan mengharap balasan amalan-amalan tersebut di akhirat.”
Fudhail bin Iyadh berkata: “Meninggalkan suatu amalan karena manusia merupakan riya dan melakukan suatu amalan karena manusia merupakan syirik. Sedangkan ikhlas adalah Allah menghindarkanmu dari keduanya.”
Sahl Al-Tustari radhiallahu anhu berkata: “Orang-orang bijak merenungkan penjelasan tentang ikhlas, dan mereka tidak mendapatkan kalimat yang tepat kecuali hendaknya gerak dan diamnya baik sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan didasari karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala, tidak tercampuri dengan maksud lain, baik itu hawa nafsu ataupun perkara-perkara keduniaan.”
As-Sariy radhiyallahu anhu berkata: “Janganlah sedikitpun kamu beramal karena manusia, meninggalkan suatu amalan karena manusia, menutupi sesuatu karena manusia, dan mengungkapkan sesuatu juga karena manusia.”
Al-Qusyairi berkata: “kejujuran yang paling langka adalah samanya perbuatan yang tidak nampak dengan yang tampak.”
BACA JUGA: Ikhlas, Mengapa Sulit Sekali?
Harits Al-Muhasibi radhiyallahu anhu berkata: “Orang yang jujur ialah orang yang tidak peduli jika timbul kekaguman pada hati makhluk karena kebaikan hatinya, ia tidak suka tersingkap kebaikannya di hadapan manusia sekecil apapun, dan ia tidak murka jika perbuatan buruknya terungkap di hadapan mereka; karena kemurkaannya dalam hal ini menunjukkan bahwa ia suka dipandang lebih di mata mereka, dan ini bukan merupakan akhlak para shidiqin atau orang-orang yang jujur.”
Yang lain berkata: “Jika Allah meminta kejujuranmu, maka dia memberimu cermin yang di dalamnya kamu bisa melihat hal-hal menakjubkan yang terdapat di dunia dan di akhirat.”
Tidak sedikit perkataan para salaf mengenai hal ini kami hanya menyebutkan sesuai kebutuhan saja. []
Sumber: At-Tibyan, Adab Penghafal Al-Quran, Karya: Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Penerbit: Al-Qowam, Cetakan VII, April 2017
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam