Dalam kehidupan yang penuh gejolak ini, manusia kerap merasa takut akan bencana yang datang tiba-tiba: musibah, wabah, kemarau panjang, hingga fitnah yang mengguncang iman. Namun, tahukah kita bahwa umat Muhammad ﷺ pernah memiliki dua pengaman yang melindungi mereka dari bencana yang bersifat menyeluruh?
Ibnu Abbas radhiallaahu ‘anhuma, salah seorang sahabat yang dikenal sebagai pakar tafsir, menjelaskan:
“Umat Muhammad itu memiliki dua pengaman dari bencana yang merata, yaitu keberadaan Sang Nabi dan memohon ampunan. Sang Nabi telah wafat. Tersisa satu pengaman dari bencana yang merata, yaitu memohon ampunan.” (Tafsir Ibnu Katsir untuk QS Al-Anfal: 33)
كان فيهم أمانان : النبي – صلى الله عليه وسلم – والاستغفار ، فذهب النبي – صلى الله عليه وسلم – وبقي الاستغفار
Dua pengaman ini bukan sekadar simbol, melainkan realitas spiritual yang nyata. Selama Nabi Muhammad ﷺ masih hidup di tengah umat, keberadaan beliau menjadi rahmat dan benteng penjaga dari azab yang melanda seluruh kaum. Namun setelah beliau wafat, satu-satunya pengaman yang tersisa bagi kita adalah istighfar—memohon ampunan kepada Allah.
BACA JUGA: Akibat dari Istighfar
Renungkanlah betapa besar kedudukan istighfar dalam syariat. Tidak hanya menjadi bentuk pengakuan atas kelemahan dan dosa-dosa kita, istighfar juga menjadi sebab turunnya rahmat, keberkahan, serta penghalang datangnya bencana yang bisa menimpa semua orang.
Sebagaimana dikatakan oleh Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah: “Perbanyaklah beristighfar di rumah kalian, di meja makan kalian, di jalan-jalan kalian, dan di majelis-majelis kalian. Kalian tidak tahu kapan turunnya ampunan.”
Lihatlah betapa para salaf terdahulu begitu tekun memelihara lidah mereka dengan istighfar. Mereka memandang istighfar bukan hanya sebagai doa, tetapi sebagai kebutuhan pokok, seperti air bagi tanaman yang hampir layu. Mereka meyakini bahwa dengan istighfar, seseorang tidak hanya terjaga dari bencana, tetapi juga dibukakan jalan keluar dari segala kesulitan.
Sesungguhnya kita hidup di masa yang penuh fitnah, di mana kemaksiatan tampak begitu biasa dan kelalaian mudah menyelinap ke dalam hati. Saat itulah istighfar menjadi penyelamat. Dengan istighfar, seorang hamba menenangkan jiwanya, melembutkan hatinya, dan meraih penjagaan Allah yang tak kasat mata.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang mereka memohon ampun.” (QS Al-Anfal: 33)
BACA JUGA: Istighfar Nabi Ibrahim
Ayat ini menjadi janji sekaligus peringatan. Selama ada di antara kita yang tetap memohon ampun dengan tulus, rahmat Allah akan menaungi kita. Namun jika istighfar pun kita lalaikan, maka kita sendiri yang membuka pintu bagi azab untuk menimpa.
Renungan ini hendaknya menjadi cambuk bagi kita untuk memperbanyak istighfar: saat senang, saat sulit, di kala ramai, maupun di kala sunyi. Sebab istighfar bukan hanya kata di bibir, tetapi penyesalan tulus dan niat sungguh-sungguh untuk memperbaiki diri.
Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu menjaga istighfar, hingga dengannya kita senantiasa berada dalam lindungan dan kasih sayang-Nya. Aamiin. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam


