JOIN GRUP WHATSAPP: Pusat Studi Islam

Kajian

Waspada terhadap Fitnah dan Tipu Syetan

Talbis adalah menampakkan kebatilan dalam bentuk kebenaran. Dan ghurur, ia adalah sejenis kebodohan yang mengakibatkan seseorang meyakini suatu kesalahan sebagai kebenaran dan suatu keburukan sebagai kebaikan. Semua itu terjadi dikarenakan ada syubhat yang mengakibatkan munculnya keyakinan seperti itu.

Tolok ukur keberhasilan Iblis saat menggoda manusia bergantung pada peluang yang dimilikinya. Dan apakah peluang yang dimilikinya akan semakin besar atau justru semakin kecil, semakin banyak atau justru semakin sedikit, hal ini bergantung pada tingkat kewaspadaan dan kelalaian manusia yang digodanya, serta tingkat kealiman dan tingkat kejahilannya.

BACA JUGA:  Manfaat Membaca Surah Al-Baqarah di Rumah: Setan Tak Berani Mendekat

Ketahuilah, hati ibarat benteng yang dikelilingi pagar, dan di pagar itu ada beberapa pintu gerbang dan sejumlah celah. Benteng ini dihuni oleh akal, serta sering dikunjungi para malaikat. Di samping benteng terdapat sebuah tempat persinggahan (rabadh) yang dihuni oleh hawa nafsu. Dan, para syaitan biasa mondar-mandir ke tempat persinggahan tersebut, tanpa ada penghalang sedikit pun. Di antara penghuni benteng tersebut dan penduduk tempat persinggahan telah terjadi peperangan yang terus berkecamuk. Oleh karena itulah, syaitan-syaitan pun terus mengelilingi benteng tersebut, sambil mencari-cari kelalaian penjaganya atau menunggu kesempatan untuk bisa masuk melalui celah yang ada.

Maka seharusnya si penjaga mengetahui semua pintu gerbang dan celah yang ada, karena dia memang ditugaskan untuk menjaganya. Jangan dia lengah dalam menjaganya, walau sekejap pun. Pasalnya, pihak musuh tidak pernah mengendurkan teror dan ancamannya.

Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Hasan al-Bashri “Apakah Iblis itu tidur?” Mendengar pertanyaan itu, Hasan menjawab: “Seandainya ia tidur, niscaya kita bisa istirahat.”

Benteng itu diterangi dengan dzikir dan disinari dengan keimanan. Di benteng ini terdapat cermin mengkilap, yang memantulkan apa pun yang melintas di hadapannya. Yang pertama kali dilakukan syaitan di tempat persinggahannya adalah menciptakan asap sebanyak mungkin supaya dinding benteng tersebut menghitam serta memburamkan cermin. Namun asap ini bisa diusir dengan kesempurnaan pikiran, dan cermin kotor bisa dikilapkan kembali dengan dzikir.

Pihak musuh tidak henti-hentinya mengintai benteng hati ini. Terkadang mereka melakukan serangan dan berhasil memasukinya, akan tetapi sang penjaga kemudian sukses menghalau mereka sehingga mereka pun keluar, terusir lagi. Namun terkadang mereka berhasil masuk dan merusak apa yang ada dalam benteng. Bahkan terkadang mereka tinggal di dalamnya, semata-mata karena kelalaian sang penjaga. Adakalanya angin yang seharusnya dapat menghalau asap itu tidak berhembus, sehingga asap itu pun begitu banyak hingga menjadikan benteng hitam dan cermin pun buram. Akibatnya, tatkala syaitan lewat di hadapannya, tidak ada penjaga yang mengetahuinya.

Terkadang sang penjaga terluka karena kelalaiannya, hingga dia pun ditawan serta diperbudak pihak musuh. Bahkan kadang-kadang dia ditugaskan mencari-cari alasan pembenaran untuk mengikuti dan membantu hawa nafsu. Maka tidak heran jika kadang dia tampil bak seorang pakar keburukan.

Seorang ulama Salaf berkata: “Aku pernah melihat syaitan, dan dia berkata padaku: ‘Dulu aku menemui manusia untuk mengajari mereka. tetapi sekarang, aku menemui mereka untuk belajar dari mereka.”

Terkadang syaitan menyerang orang yang pandai dan cerdas dengan cara menggandeng si pengantin hawa nafsu yang telah didandaninya. Akibatnya, orang cerdas itu pun sibuk melihat serta memperhatikannya sehingga akhirnya syaitan berhasil menawannya.

Tali yang terkuat untuk mengikat tawanan adalah tali kebodohan, yang sedang adalah tali hawa nafsu, serta yang terlemah adalah tali kelalaian. Namun, selama baju besi keimanan masih membungkus diri orang mukmin, maka anak panah musuh niscaya tidak akan pernah dapat membunuhnya.

BACA JUGA:  Lupa Itu dari Setan

Al-Hasan bin Shalih berkata: “Sesungguhnya syaitan membuka 99 pintu kebaikan untuk dapat membuka satu pintu keburukan.”

Al-A’masy mengutarakan: “Seorang laki-laki menceritakan kepada kami bahwa ia pernah berbicara dengan bangsa jin. Jin-jin itu berkata: “Tidak ada yang paling sulit untuk kami sesatkan melebihi orang yang mengikuti sunnah. Sedangkan para pengikut hawa nafsu (ahli bid’ah), kami benar-benar mampu mempermainkan mereka.” []

Sumber: Al-Muntaqa An-Nafis min Talbîs Iblîs (Talbis Iblis – Tipu Daya dan Perangkap Iblis ddalam Upaya Menjerumuskan Manusia Ke Jurang Kehancuran / Penulis: Ibnul Jauzi / Penerbit: : Dar Ibnul Jauzi Riyadh KSA / Cet. I 1429 Η / Pustaka Imam Syafi’i / Cetakan Keenam Jumadil Ula 1442 H / Desember 2020 M

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam

Related posts
Kajian

Hal yang Mewajibkan Mandi: Keluarnya Mani, dalam Keadaan Sehat, Baik saat Terjaga maupun Tidur

Kajian

Hutang: Beban Dunia dan Akhirat yang Sering Diremehkan

Kajian

Menjaga Ikhlas di Tengah Berbolak-Baliknya Hati

Kajian

Jika Maksiat dan Dosa Sudah Terus Dilakukan