Ali Bin Abi Thalib telah mengingatkan kepada kita mengenai pengaruh dosa. Ia mengatakan, “Sungguh kemulian iman itu seperti titik putih di hati manusia, kemudian ia mengembang dan bercahaya seiring dengan kesempurnaan iman. Demikian pula nifaq. Ia seperti titik hitam di hati manusia, kemudian bertambah memenuhi hati manusia seiring bertambah kemunafikannya, sehingga ia berani melakukan dosa.”
Ini dikuatkan oleh hadis Nabi ﷺ,
عن أَبي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – أنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ “لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ”. وَكَانَ أَبُو هُرَيْرَةَ يُلْحِقُ مَعَهُنَّ: “وَلَا يَنْتَهِبُ نُهْبَةً ذَاتَ شَرَفٍ يَرْفَعُ النَّاسُ إِلَيْهِ فِيهَا أَبْصَارَهُمْ حِينَ يَنْتَهِبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ”. وَفِي حَدِيثِ هَمَّامٍ: “يَرْفَعُ إِلَيْهِ الْمُؤْمِنُونَ أَعْيُنَهُمْ فِيهَا وَهُوَ حِينَ يَنْتَهِبُهَا مُؤْمِنٌ” وَزَادَ “وَلَا يَغُلُّ أَحَدُكُمْ حِينَ يَغُلُّ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَإِيَّاكُمْ إِيَّاكُمْ”.
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwasannya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidaklah orang yang berzina saat ia berzina dalam keadaan ia mukmin, dan tidaklah orang yang mencuri saat dia mencuri dalam keadaan ia mukmin, dan tidaklah orang yang minum arak saat ia minum arak dalam keadaan ia mukmin.”
BACA JUGA: 19 Akibat Maksiat
Abu Hurairah menambahkan: “Dan tidaklah seseorang merampok orang yang memiliki kemuliaan dimana manusia memandang mereka dengan pandangan penghormatan ketika ia merampoknya dalam keadaan mukmin.”
Dan dalam hadits Hammam: “Dan tidaklah seseorang merampok orang yang kaum mukminin memandangnya dengan pandangan penghormatan kepadanya ketika ia merampoknya dalam keadaan mukmin.” Dan ia menambahkan: “Dan tidaklah seseorang dari kalian melakukan ghulul (mengambil harta ghanimah yang belum dibagikan) ketika ia melakukannya dalam keadaan mukmin, maka jauhi oleh kalian.” (HR. Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa seseorang itu tidak bisa dikatakan beriman ketika sedang berzina, mencuri, ataupun ketika meminum khamr. Bahkan ketika seorang meninggalkan shalat atau berbuat sesuatu yang melanggar syariat dan melakukan dosa besar. Maka setelah melakukan perbuatan tersebut, ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Pertama, adakalanya seseorang menyesali atas perbuatan dosanya itu kemudian bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala maka imannya dikembalikan kepadanya.
Kedua, adakalanya Ia terus melakukan dosa lagi hingga hatinya bertambah keras sehingga ia lupa kepada Tuhannya, lupa kepada agamanya, dan terbiasa mengikuti keinginannya yang rusak. Bahkan jika dicegah, ia semakin nekat dan tidak takut kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala sampai ia terus mengejar dan melakukan maksiat yang dikehendakinya.
BACA JUGA: 4 Golongan Manusia dengan Kematian
Jika demikian yang terjadi, maka Iman ini tidak dikembalikan kepadanya. Jika ia mati dalam keadaan demikian, ia akan dimasukkan ke dalam neraka selamanya. Hal ini dikuatkan oleh hadis yang berbunyi, “Ketika seorang lelaki berzina maka imannya itu akan keluar dari dirinya. Ia seperti membayanginya. Jika ia bertaubat, maka iman itu akan dikembalikan kepadanya.” (HR Abu Dawud)
Dalam riwayat ahli Baihaqi, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya iman itu pakaian yang Allah pakaikan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Jika seorang itu berzina, maka pakaian itu akan dilepas darinya, Dan jika ia bertaubat maka pakaian itu akan dikembalikan kepadanya.” []
Sumber: 40 Hari Menuju Kematian, Karya: Syaikh Maulana M. Islam, Penerbit Nabawi, Cetakan Pertama 2016
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam