Bagaimana perasaan seorang ibu ketika anaknya yang berusia 4 tahun harus divonis tidak bisa melihat? Terlebih lagi karena sejak usia dua tahun anak tersebut sudah ditinggal wafat oleh ayahnya? Selain sedih yang mendalam, sepertinya wajar jika ibu tersebut berputus harapan.
Namun, hal tersebut tidak berlaku untuk ibu yang satu ini. Alih-alih berputus asa, ibu ini tetap berjuang untuk mewujudkan cita-cita yang telah direncanakan bersama mendiang suaminya: sang anak harus menjadi sosok yang mampu menggapai cita-cita tertinggi, yakni bermanfaat bagi agama dan masyarakat, seperti apa pun keadaannya.
Syahdan, sang ibu mengirimkan anak yang divonis tidak bisa melihat tersebut ke sebuah madrasah untuk mulai menghafal Al-Quran. Maka, jadilah sang anak menjadi murid yang paling yunior sekaligus paling memiliki keterbatasan karena tidak bisa melihat. Sang guru membimbing belajar Al-Quran para santri dengan memperdengarkan bacaan surah Qaaf berkali-kali.
Setelahnya, sang guru bertanya kepada para santri apakah ada yang sudah hafal dengan Surah Qaaf tadi. Di antara sekian banyak santri, termasuk santri senior, tak dinyana anak paling kecil dan paling yunior serta tak bisa melihat ini menjawab dengan bahasa yang paling jujur dari dirinya, “Saya telah menghafalnya di dalam jiwa saya”.
Baca Juga: Belajar Totalitas dari Seorang Khadijah
Mendengar jawaban tersebut, sang guru merasa kaget dan kagum sehingga kemudian meminta sang anak untuk maju dan memperdengarkan bacaannya. Sang anak berjalan sambil meraba-raba ke depan sang guru dan kemudian membacakan Surah Qaaf dari ayat pertama hingga terakhir. Sang guru tersentak dan kagum. Bacaan anak tersebut bukan hanya hafal melainkan juga tajwidnya sama persis dengan yang dibacakan gurunya.
Sekali mendengar, sang anak langsung hafal! Masya Allah. Karena sang guru paham bahwa menghafal Al Quran ada jaminan akan dimudahkan oleh Allah sebagaimana yang tercantum dalam ayat-ayat Al-Quran, tetapi hadis tidak ada jaminan mudah untuk dihafal, beliau kemudian berkata, “Mulai dari sekarang, ananda belajar hadis ya”. Tidak semata sang guru memerintahkan hal tersebut kalau tidak melihat potensi yang dimiliki sang anak.
Maka, sepulang dari madrasah, sang anak kemudian menceritakan pengalamannya di madrasah kepada ibunya dan berkata ingin mulai belajar hadis. Sang ibu melarang sang anak dan meminta fokus untuk belajar Al Quran terlebih dulu. Namun, sang anak bersikukuh ingin belajar hadis. []
BERSAMBUNG
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: wa.me/6285860492560 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam20
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam