
Pertanyaan: Asy-Syaikh yang mulia jika kita perhatikan akhir-akhir ini kebangkitan dan perkembangan agama Islam semakin maju terutama di negeri ini dan selainnya. Alhamdulillah, namun kami perhatikan kebanyakan para pemuda yang teguh telah sampai kepada suatu batas tertentu, dalam keteguhan dan ilmu dia kemudian diam dan tidak berusaha untuk menambah keteguhan dan ilmu yang ada pada mereka.
Maka bagaimana pengarahan anda kepada para pemuda tersebut wahai asy-Syaikh? Dan apakah obat masalah tersebut? Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberi taufik kepada anda.
Jawaban: Kenyataan yang ada, bahwa kebangkitan -alhamdulillah- telah menyebar di negeri ini dan selainnya, tetapi kebangkitan yang terdapat di beberapa negeri pada sebagian manusia diiringi oleh dorongan yang kuat yang didorong karena kecemburuan idiologi dalam beragama sehingga seorang insan terdorong hingga ia mengira telah mencapai puncak kemudian kembali mundur ke belakang, padahal masalah ini membutuhkan ketenangan dan pelan-pelan, karena ketergesa-gesaan yang berlebihan akan berakibat buruk.
Padahal agama itu mudah, dan tidaklah seseorang yang terlalu keras dalam agama kecuali akan terkalahkan. Sehingga ketenangan dan penuh pertimbangan akan memberikan keistiqamahan pada diri seseorang.
BACA JUGA: Apa Pengertian Iman Menurut Ahlussunnah wal Jama’ah?
Sehingga kebangkitan sebenarnya membutuhkan kepada kepemimpinan yang lurus dengan mengetahui ilmu tentang syari’at Allah. Dalam kepemimpinan itu ada hikmah dalam mengobati kondisi yang ada dan pengarahan yang tepat. Sehingga memungkinkan para pemuda untuk kembali di negeri manapun kepada orang yang memenuhi persyaratan di atas yaitu ilmu terhadap syani’at Allah, lurus dalam bertindak, dan penuh hikmah.
Dan seandainya pemimpin para pemuda di berbagai negara yang menyerukan kebangkitan, mau berkumpul dan mempelajari sebab-sebab penyimpangan dan keluarnya pemuda dari jalan yang adil dan lurus, baik dari segi ghuluw (berlebih-lebihan) atau dari segi tafrith (peremehan) maka hal tersebut adalah lebih baik.
Sehingga wajib bagi mereka untuk mempelajari keadaan para pemuda itu dan memberikan pengarahan dengan pengarahan yang benar sehingga tidak berepecah-belah di sana-sini.
Demikian juga, sesungguhnya melemahnya semangat yang terkadang menyerang seseorang adalah perkara yang telah diketahui hingga pada masa shahabat radiyallahu ‘anhum, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menasehati dan berbicara kepada mereka hingga seakan-akan mereka melihat akhirat dengan mata kepala mereka sendiri. Ketika mereka pergi kepada keluarga mereka bergaul dengan isteri-isteri mereka, mereka sibuk dan lupa. Hingga mereka mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata “Sesaat dan sesaat.” (Dikeluarkan oleh al-Imam Muslim)
Sehingga Iman dalam hati itu seperti ombak di lautan, kadang tenang dan kadang bergelombang. Syetan juga adalah musuh yang selalu mengintai sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjelaskan hal tersebut dalam firman-Nya:
قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنْ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ {١٦} ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ {۱۷}
“Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta’at).” (QS. al-A’raaf: 16-17).
Syetan tidak mampu mengatakan: “Dan di atas mereka,” karena yang di atas mereka adalah Allah. Sehingga dia akan menyerang ketika melihat kesempatan untuk menyerang. Yang menakjubkan adalah mereka menyerang dari satu sisi dimana manusia tidak menyadarinya. Jika dia melihat manusia berada dalam keteguhan diatas agamanya, maka dia menyerang dari arah ghuluw.
BACA JUGA: Apakah Diperbolehkan Kencing sambil Berdiri?
Sebagian manusia berlebihan dalam melihat rasa waswas sehingga meninggalkan shalat kita mohon pertolongan kepada Allah- jika syetan melihat manusia dalam keadaan meremehkan, dia mengajak untuk menelantarkan sampai meninggalkan agama sedangkan dia tidak sadar.
Kesimpulan dari pembahasan ini adalah aku menginginkan dalam kebangkitan ini hendaklah dibangun berdasarkan ilmu syar’i dan ilmu berkenaan dengan kenyataan yang ada dan bagaimana tindakan seseorang terhadapnya. Karena setiap kondisi ada pembicaraan tersendiri.
(Liqaa’aat al-Baabil Maftuuh no. 1484) []
Sumber: Al-Fatawa Al-Muhimmah (Fatwa-fatwa Penting dalam Sehari-hari jilid 1) / Penulis: Syaikh Muhammad Shalih Al-Muhaimin / Penerbit: Pustaka as-Sunnah / Cetakan 2, Maret 2012
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam