Ar Robi’ bin Khutsaim pernah menggali kubur di rumahnya. Jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, berbaring dan berdiam di sana. Lalu ia membaca firman Allah Ta’ala,
رَبِّ ارْجِعُونِ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ
“(Ketika datang kematian pada seseorang, lalu ia berkata): Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia) agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (QS. Al Mu’minuun: 99-100). Ia pun terus mengulanginya dan ia berkata pada dirinya, “Wahai Robi’, mungkinkah engkau kembali (jika telah mati)! Beramallah …”
BACA JUGA: Syuraih bin Al-Harits bin Qais; Hakim yang Takut kepada Allah
Murid Kesayangan Ibnu Mas’ud
Ulama besar tabi’in ini merupakan salah seorang muridnya shahabat yang mulia, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Bahkan beliau disebut-sebut sebagai murid Abdullah bin Mas’ud yang paling banyak meneladani sifat dan akhlaknya. Beliau termasuk murid kesayangan Abdullah bin Mas’ud karena nampak adanya kekuatan ibadah dan kezuhudan yang sangat tinggi pada muridnya tersebut.
Abu Ubaidah bin Abdullah bin Mas’ud berkata, “Apabila Ar-Rabi’ bin Khutsaim masuk menemui Ibnu Mas’ud, maka tidak seorang pun diizinkan untuk masuk, sebelum Ar-Rabi’ menyelesaikan keperluannya.” Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Wahai Abu Yazid, seandainya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatmu, tentulah beliau mencintaimu. Setiap kali melihatmu, aku selalu teringat kepada mukhbitin (orang-orang yang senantiasa taat kepada Allah subhanahu wa ta’ala).”
Adz-Dzahabi mengomentari ucapan ini, “Sungguh pengakuan dari Abdullah bin Mas’ud ini merupakan sebuah keutamaan tersendiri bagi Ar-Rabi’.”
Ar-Rabi’ juga memiliki ketakwaan dan kesederhanaan yang jarang bisa dilakukan oleh ulama di masanya. Bahkan, ia terkenal sebagai salah satu dari delapan ulama yang sangat zuhud di masanya. Ulama yang bernama lengkap Ar-Rabi’ bin Khutsaim bin ‘Aidz ini berasal dari kabilah Mudhar dan kuniahnya adalah Abu Yazid. Secara silsilah, nasabnya bertemu dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada kakeknya, yaitu Ilyas bin Mudhar.
BACA JUGA: Kisah Hidup Ibnu Umar
Memang sejak kecil beliau tumbuh dan terkondisi dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala Sebuah keutamaan yang jarang dijumpai. Beliau pun menjadi seorang imam dan suri teladan dalam ketekunan ibadah dan kezuhudan. Kisah berikut ini menjadi salah satu bukti besarnya semangat Ar-Rabi’ bin Khutsaim dalam beribadah.
Pernah suatu ketika Ar-Rabi’ mendengar azan Zhuhur dikumandangkan. Waktu itu beliau dalam keadaan sakit cukup parah. Maka ia mengatakan kepada putranya, “Mari kita sambut panggilan Allah.” Maka putranya meminta bantuan tamu yang berkunjung saat itu untuk memapahnya ke masjid. Melihat hal itu, maka murid-murid Abdullah bin Mas’ud berkata, “Sesungguhnya Anda memiliki keringanan untuk melaksanakan shalat wajib di rumah.” Ia pun menjawab, “Memang benar, namun aku mendengar seruan hayya ‘alas shalah (marilah menuju shalat). Barang siapa mendengar seruan tersebut maka hendaknya mendatanginya jika mampu meski harus dengan merangkak.” []
SUMBER: RUMAYSHO | ISMAIL IBNU ISA
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: wa.me/6285860492560 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam20
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam