JOIN GRUP WHATSAPP: Pusat Studi Islam

Ibrah

Harga Bertetangga dengan Orang Shaleh

Pada suatu hari, seorang Yahudi hendak menjual rumahnya. Rumah tersebut dijual dengan harga yang sangat mahal dibandingkan dengan harga pasaran. Rumah tersebut ditawarkan seharga 2000 dirham. Sementara menurut harga pasaran saat itu rumah tersebut hanya laku seharga 1000 dirham

Salah seorang calon pembeli berkata kepada Yahudi tersebut : “Wahai Tuan sungguh mahal sekali harga rumah yang engkau tawarkan. Engkau tawarkan rumahmu seharga 2000 dirham, selayaknya harga pasaran rumah engkau hanya 1000 dirham.”

BACA JUGA: Keutamaan Memuliakan Tetangga

Lalu Yahudi tersebut berkata : “Rumah yang kumiliki memang seharga 1000 dirham. Tetapi aku memiliki seorang tetangga yang sholeh dan baik hati bernama Abdullah Ibnu Mubarak. Jika engkau membeli rumahku maka engkau akan memiliki tetangga seorang sholeh dan baik hati seperti Abdullah Ibnu Mubarak. Kenyamanan bertangga dengan Abdullah Ibnu Mubarak aku hargai sebesar 1000 dirham. Jadi total harga rumah tersebut menjadi 2000 dirham.”

Rencana Yahudi ingin menjual rumahnya sampai ke telinga Abdullah Ibnu Mubarak. Lalu Abdullah Ibnu Mubarak mendatangi Yahudi tersebut dan memberikan uang sebesar 1000 dirham.

Abdullah Ibnu Mubarak berkata : “Engkau jangan pergi dari rumah ini. Aku berikan engkau uang 1000 dirham. Karena sesungguhnya aku juga merasa senang bertetangga denganmu.”

Masya Allah…pernahkah kita mendengar di zaman sekarang ada orang menjual rumahnya memasukkan “harga” tetangganya sebagai harga jual rumahnya? Rasanya tidak.

Si Yahudi tadi berani memasukkan “harga” kebaikan tetangganya dalam menjual rumah. Hal itu karena membeli rumah bukan sekedar membeli rumah. Tetangga juga penting diperhitungkan dalam membeli sebuah rumah. Rasulullah saw bersabda : “Di antara kesenangan bagi seorang muslim adalah tempat tinggal yang luas, tetangga yang shalih dan kendaraan yang tenang.” (Shahih Lighairihi, yakni shahih dilihat dari jalur lainnya. Lihat Ash Shahihah (282)

BACA JUGA: Hadist Membagi Makanan pada Tetangga

Sebaliknya, Imam ibnu Mubarak mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya seorang muslim menjadi tetangga (yang baik). Sebelum kita menjadi rahmat bagi semesta alam, maka jadilah kita rahmat bagi tetangga kita. Rasulullah ﷺ bersabda : “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga di sisi Allah adalah mereka yang paling baik kepada tetangganya” (HR. Tirmidzi).

Di sisi lain, Rasulullah ﷺ mencela mereka yang menjadi tetangga yang buruk. Dari Abu Hurairah, ia berkata, “Ada seseorang bertanya pada Rasulullah saw, ’Wahai Rasulullah, si fulanah sering melaksanakan shalat di tengah malam dan berpuasa sunnah di siang hari. Dia juga berbuat baik dan bersedekah, tetapi lidahnya sering mengganggu tetangganya.” Rasulullah saw menjawab, “Tidak ada kebaikan di dalam dirinya dan dia adalah penghuni neraka” (HR. Muslim). []

SUMBER: USTADZ SATRIA HADI LUBIS

 

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam

Related posts
Ibrah

6Kedzoliman Fir'aun kepada Nabi Musa dan Bani Israil

Ibrah

Mengenal Imam Hasan Al-Bashri

Ibrah

Azab Pezina di Akhir Hidupnya

Ibrah

10 Perkara yang Paling Disia-siakan Menurut Ustman bin Affan

Leave a Reply