
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
يقولُ العَبْدُ: مالِي، مالِي، إنَّما له مِن مالِهِ ثَلاثٌ: ما أكَلَ فأفْنَى، أوْ لَبِسَ فأبْلَى، أوْ أعْطَى فاقْتَنَى، وما سِوَى ذلكَ فَهو ذاهِبٌ، وتارِكُهُ لِلنَّاسِ
“Sang hamba berkata: hartaku… hartaku…! Padahal sesungguhnya harta yang ia miliki hanya tiga:
1. Yang ia makan lalu hilang,
2. Yang ia pakai lalu usang,
3 Yang ia berikan (untuk kebaikan) itulah yang tetap terjaga.
BACA JUGA: Harta Tidak Berkurang karena Sedekah
Adapun harta-harta yang selain ini, hanyalah akan pergi dan akan ditinggalkan untuk orang lain.” (HR. Muslim no. 2959).
Saudaraku, jika direnungi, apa yang kita miliki semua hanyalah titipan.
Termasuk sarana yang kita pakai seperti sepatu, kendaraan serta rumah kita. Ini yang kita nikmati. Akan tetapi inipun sementara saja karena pakaian bisa usang sedangkan rumah akan diwariskan.
Sedekah…
Ini adalah harta kita yang sebenarnya, sangat berguna di akkhirat kelak. Inipun berlalu sebentar dari genggaman kita di dunia.
Selebihnya harta yang kita tumpul hakikatnya bukan harta kita, kita tidak menikmatinya atau hanya menikmati sesaat saja.
Misalnya menumpuk harta:
Rumah ada dua atau tiga, yang kita nikmati utamanya hanya satu rumah saja
Uang tabungan di bank beratus-ratus juta atau miliyaran, yang kita nikmati hanya sedikit saja selebihnya kita hanya kita simpan
Punya kebun yang luas, punya toko yang besar, hanya kita nikmati sesaat saja
Inilah yang dimaksud hadits, harta sejati hanya tiga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﺑْﻦُ ﺁﺩَﻡَ ﻣَﺎﻟِﻰ ﻣَﺎﻟِﻰ – ﻗَﺎﻝَ – ﻭَﻫَﻞْ ﻟَﻚَ ﻳَﺎ ﺍﺑْﻦَ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ ﻣَﺎﻟِﻚَ ﺇِﻻَّ ﻣَﺎ ﺃَﻛَﻠْﺖَ ﻓَﺄَﻓْﻨَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﻟَﺒِﺴْﺖَ ﻓَﺄَﺑْﻠَﻴْﺖَ ﺃَﻭْ ﺗَﺼَﺪَّﻗْﺖَ ﻓَﺄَﻣْﻀَﻴْﺖَ
“Manusia berkata, “’Hartaku-hartaku.”
Beliau bersabda, “Wahai manusia, apakah benar engkau memiliki harta.
Bukankah yang engkau makan akan lenyap begitu saja?
Bukankah pakaian yang engkau kenakan juga akan usang? Bukankah yang engkau sedekahkan akan berlalu begitu saja?” (HR. Muslim no. 2958)
Bukan berarti seorang muslim harus miskin dan tidak boleh kaya.
Tetapi gunakanlah kekayaan tersebut untuk membela agama dan membuat anda bahagia yang sejati sebagaimana perintah agama.
Bahagia sejati adalah membuat orang lain bahagia.
BACA JUGA: Shubuh, Harta Karun di Pagi Hari
Sebagaimana ungkapan indah
أسعد الناس من أسعد الناس
“As’adunnaasi man as’adan naasa”
“Manusia paling bahagia adalah yang membuat manusia lainnya bahagia”
Gunakan harta untuk membantu orang lain
“Semakin kaya, semakin dermawan.
Bukan semakin meningkatkan gaya hidup”. []
SUMBER: MUSLIMAFIYAH.COM
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam