
Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu berkata: “Bahwa aku pernah mendatangi Rasulullah Shallallahu- Alaihi wa Sallam, dimana pada saat itu beliau sedang tidur di atas tikar, yang apabila beliau bangun maka pundaknya berbekas. Lalu aku berkata: “Wahai Rasul Allah, seandainya engkau menjadikan kami sebagai tempat sandaran tidurmu yang engkau jadikan diantara engkau dan tikar tersebut, maka aku akan menjaga engkau dari bekas tersebut.”
Nabi menjawab: “Aku tidak terlalu mengharapkan dunia. Sebab, antara aku dan dunia seperti seorang pengendara yang tengah berteduh di bawah pohon untuk beristirahat. Setelah hilang rasa letihnya, maka ia akan meninggalkan tempat berteduhnya itu.” (HR. Tirmidzi, Hakim, Ahmad didalam musnad nya dan selain mereka, dengan sanad sahih).
BACA JUGA: Rasulullah Doakan Ayah Abdullah bin Busr yang Menghidangkan Makanan
Diriwiyatkan dari Abu Umamah Al Anshari, ia berkata: “Para sahabat membicarakan masalah dunia di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Kemudian beliau bertanya kepada para sahabat: Apakah kalian tidak mendengar, bahwasanya Al Badzadzah (yaitu meninggalkan bermegah-megahan dalam urusan dunia dan bersikap sederhana, Ed.) merupakan sebagian dari iman.” (HR. Ahmad dalam musnadnya dan An Nasa’i dengan sanad hadits sahih).
Ibnu ‘Abbas berkata: “Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mendatangi ‘Ummu Hani pada hari penaklukan kota Makkah dan beliau dalam keadaan lapar. Lalu beliau bertanya kepada Ummu Hani: “Apakah engkau mempunyai makanan yang bisa aku makan saat ini?”
Ummu Hani menjawab: “Sesungguhnya pada saat ini aku hanya memiliki sepotong roti yang sudah kering dan aku tidak malu jika harus mempersembahkannya kepadamu.”
Rasul pun berkata: “Bawalah kemari!”
Lalu beliau merendam roti tersebut di dalam air dan ‘Ummu Hani menghidangkannya dengan garam.
Beliau pun bertanya kembali: “Apakah tidak ada lauk?”
Ummu Hani menjawab: “Aku tidak memiliki apa-apa kecuali garam dan sedikit cuka.”
Maka beliau berkata: “Bawalah kemari.”
Ketika Ummu Hani memberikannya kepada Rasul, maka beliau pun menuangkan cuka itu di atas makanannya, kemudian beliau memakannya, lalu memuji Allah dan berkata: “Wahai ‘Ummu Hani, sebaik-baiknya lauk-pauk adalah cuka ini, yangmana makanan seperti ini tidak terdapat pada rumah besar (rumah orang-orang kaya, berada).”
BACA JUGA: Sepotong Roti untuk Rasulullah
Inilah makanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada waktu penaklukan kota Makkah dan apa yang beliau lakukan itu juga menaklukkan hati kaum musyrikin Makkah.
Sebab, pada saat tidak ada lagi yang dapat mencegah beliau untuk melaksanakan pesta yang besar dengan me nyembelih seratus bahkan seribu ekor domba jantan sekalipun, jika beliau mau melakukannya, akan tetapi beliau tidak menjadi terlena oleh kenikmatan seperti itu. Yang oleh kebanyakan dari penguasa, kesempatan seperti itu biasa di gunakan untuk menghambur-hamburkan harta rakyat nya, seperti dengan mengadakan pesta besar-besaran.
Jika hal seperti itu juga dilakukan oleh Rasulullah, niscaya tidak ada perbedaan antara seorang panutan yang dikenal sangat sederhana dalam hidupnya dengan para penguasa yang zhalim, yang pada saat rakyatnya merasa lapar dan membutuhkan pertolongan, sementara dirinya sendiri tengah asyik menikmati pesta besar-besaran serta tidak tergerak hatinya untuk menolong rakyatnya. []
Sumber: Kado Perkawinan / Karya: Mahmud Mahdi Al-Istanbuli / Penerbit: Pustaka Azzam / Cetakan: Robiul Akhir 1420 H/Agustus 1999
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam