
Allah SWT berfirman: “Nabi itu lebih utama bagi orang-orang mukmin dibandingkan diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (Al- Ahzab: 6).
“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, Jika kamu menginginkan kehidupan di dunia dan perhiasannya, maka kemarilah agar kuberikan kepadamu mut’ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu menginginkan Allah dan Rasul-Nya dan negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan pahala yang besar bagi siapa yang berbuat baik di antara kamu.” (Al-Ahzab: 28-29).
Nabi memilih hidup sederhana untuk beliau sendiri dan juga ahlul bait. Pilihan hidup seperti ini bukannya beliau tidak bisa hidup mewah, beliau pun masih hidup saat berbagai wilayah ditaklukkan. banyak rampasan perang dan fai didapatkan, dan banyak di antara kaum muslimin memiliki harta dan perbekalan setelah sebelumnya tidak memiliki apa pun.
BACA JUGA: Aisyah, Istri Nabi dan Ibu Orang-orang Beriman
Namun demikian, pernah satu bulan berlalu tanpa adanya nyala api di rumah beliau. Beliau tetap bermurah hati dengan memperbanyak sedekah, hibah, dan hadiah yang beliau berikan. Pilihan hidup apa adanya ini semata untuk menjauhi kesenangan dunia dan keinginan tulus untuk mengharapkan apa yang ada di sisi Allah.
Secara akidah ataupun syariat, Nabi tidak dituntut untuk menjalani kehidupan yang beliau terapkan terhadap diri sendiri dan juga ahlul bait seperti ini. Segala kebaikan tidak diharamkan dalam akidah dan syariat beliau.
Beliau juga tidak mengharamkan semua itu tatkala semua harta benda datang di hadapan beliau begitu saja, bukan mengejar ataupun menginginkan semua itu, apalagi hanyut dan sibuk untuk mendapatkan semua itu.
Beliau juga tidak memerintahkan umat untuk menjalani kehidupan seperti yang beliau jalani, kecuali bagi mereka yang menginginkannya. Ini semata beliau maksudkan demi menjauhkan diri dari berbagai kenikmatan dan kesenangan. Demi melepaskan diri dari beban berat kenikmatan menuju kebebasan sempurna dari segala keinginan dan kecenderungan jiwa.
BACA JUGA: Siapa Khadijah, Istri Nabi ﷺ yang Pertama?
Allah berfirman. “Wahai istri-istri Nabil Barangsiapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan atan keji yang nyata, niscaya azabnya akan dilipatgandakan dua kali lipat kepadanya. Dan yang demikian itu, mudah bagi Allah. Dan barang siapa di antara kamu (istri-istri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan kebajikan, niscaya Kami berikan pahala kepadanya dua kali lipat dan Kami sediakan rezeki yang mulia baginya. Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemahlembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah Allah serta Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan hikmah (sunah Nabimu). Sungguh, Allah Mahalembut, Maha Mengetahuť.” (Al-Ahzab: 30-34). []
Sumber: Keutamaan Istri-istri Nabi / Karya: Syaikh Muhmud Al-Mishri / Penerbit: Ummul Qura / Cetakan : III.Agustus 2016 M / Dzulqo’dah 1437 H
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam