JOIN GRUP WHATSAPP: Pusat Studi Islam

Kisah Nabi-nabi

Nabi Musa dan Pembangkangan Bani Israil

Kedzoliman Fir'aun, Nabi Musa

Ketika Nabi Nabi Musa mengetahui bahwa kaumnya menyembah patung anak lembu, bukan menyembah Allah, ia melemparkan lembaran-lembaran yang di dalamnya tertulis Kitab Taurat karena marah kepada mereka.

Setelah Allah menerima tobat mereka, ia mengambil kembali lembaran-lembaran itu dan berkata kepada Bani Israil, “Ambilah ajaran-ajaran ini dan ikutilah apa yang ada di dalamnya.”

Mereka berkata, “Tidak, sampai Allah berbicara kepada kami sebagaimana Dia berbicara kepadamu.”

Allah murka kepada mereka dan memerintahkan para malaikat untuk mengangkat gunung Thur dan menimpakannya kepada mereka.

BACA JUGA:  Nabi Musa Menuntut Ilmu

Mereka melihat gunung Thur di atas kepala mereka seperti awan, mereka pun bersujud kepada Allah Seraya berkata, “Kami telah bertaubat kepada Allah.”

Allah kemudian mengangkat siksaan itu dari mereka dan mereka pun mau mengambil ajaran-ajaran itu dari Nabi Musa.

Mereka berkata, “Tiada sujud yang lebih agung selain sujud yang dapat melenyapkan siksaan dari kami.”

Allah memerintahkan kepada Nabi Musa supaya memilih 70 orang Bani Israil untuk pergi ke gunung gunung Thur, kemudian memohon ampun kepada Allah atas dosa menyembah anak lembu yang dilakukan kaumnya.

Nabi Musa memilih 70 orang dan membawa mereka naik ke atas gunung Thur. Saat Nabi Musa hendak berbicara dengan Allah, ia masuk ke dalam kabut cahaya.

Saat Allah sedang berbicara kepada Nabi Musa, kabut itu menyelimuti seluruh gunung Thur dan semakin bertambah tebal. Sementara, Bani Israil dapat mendengarkan apa yang Allah firmankan kepada Nabi Musa.

Mereka kemudian berkata, “Hai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan jelas!”

Nabi Musa menangis dan berdoa: “Seandainya Engkau menghendaki, niscaya Engkau telah membinasakan mereka saat mereka menyembah patung anak lembu. Sungguh mereka adalah orang-orang yang lemah akal. Oleh karena itu, janganlah Engkau binasakan kami lantaran apa yang dilakukan orang-orang yang bodoh di antara kami.

Ya Rabb, hidupkanlah mereka sekali lagi. Engkau adalah penolong kami, maka ampunilah dan kasihanilah kami. Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampunan. Tetapkanlah kebaikan untuk kami di dunia ini. Sesungguhnya, kami bertaubat kepada-Mu dan kembali kepada-Mu dari kedurhakaan. ”

Kemudian Allah menghidupkan dan menerima tobat mereka. Mereka kembali ke rumah bersama Nabi Musa.

Sesampainya mereka di kota, terdengar suara teriakan dan tangisan. Kemudian ada seorang lelaki berseru, “Kamulah pembunuh!”

Lelaki yang lain menjawab, “Tidak. Kamu dan kaum mu lah yang membunuh!”

Anak dari saudara yang terbunuh itu kemudian datang sambil berteriak-teriak, menampar-nampar pipi dan berseru, “Mereka membunuh pamanku karena untuk merampok dan mewarisi hartanya.”

Salah seorang dari mereka berkata, “Ayo kita pergi menemui nabi Allah, Musa, agar ia menjelaskan kepada kita kejadian sebenarnya.”

Mereka pun pergi menemui Nabi Musa dan menceritakan kisah pembunuhan itu. Nabi Musa berkata, “Aku meminta kalian bersumpah atas nama Allah jika salah seorang di antara kalian mengetahui sesuatu tentang pembunuhan ini.”

Tapi tak seorangpun berkata-kata dan berbicara.

Nabi Musa bermunajat dan berdoa kepada Allah lalu kembali lagi pada kaumnya. Ia berkata, “Sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kalian untuk menyembelih seekor sapi betina. ”

“Apakah kamu hendak mengejek kami dan bercanda kepada kami?” sanggah Bani Israil.

Nabi Nabi Musa menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.”

“Kalau begitu, berdoalah kepada Allah agar Dia menerangkan kepada kami bentuk sapi betina itu.”

Nabi Musa berdoa kepada Rabb-nya. Kemudian Nabi Musa berkata, “Sesungguhnya sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, pertengahan antara itu.”

Karena Nabi Musa mengetahui bahwa mereka banyak bertanya maka ia pun berkata “Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”

Mereka kembali meminta penjelasan, “Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya. ”

Nabi Musa pun berdoa pada Allah lalu kembali dan berkata, “Sesungguhnya, Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.”

Ketika mereka mempersulit diri mereka sendiri, maka Allah pun mempersulit mereka sehingga mereka tidak menemukan sapi betina dengan warna itu. Mereka kemudian kembali pada Nabi Musa dan berkata, “Mohonkanlah pada Rabb-mu untuk kami agar dia merincikannya lagi kepada kami, karena sesungguhnya sapi betina kuning itu banyak, namun ia masih samar-samar bagi kami.”

Setelah berdoa kepada Allah, Nabi Musa kemudian menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak cacat dan tidak ada belangnya.”

Mereka kemudian pergi untuk mencari sapi betina itu. Pencarian mereka terhadap sapi betina itu terus berlanjut hingga mereka menemukannya pada seorang anak yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya.

Kepadanya Allah memberikan balasan yang baik di mana ia menjual sapi betina itu dengan emas yang beratnya 10 kali lipat daripada sapi tersebut itu.

BACA JUGA:   Nabi Musa dan Seorang Lelaki yang Tertolak Doanya

Ketika mereka telah menyembelih sapi betina itu, Allah memerintahkan kepada Nabi Musa agar mereka mengambil salah satu dari tulangnya.

Kemudian memukulkannya pada tubuh korban yang terbunuh. Mereka pun melakukan.

Setelah orang yang terbunuh itu dipukul dengan tulang sapi betina itu, mendadak hidup kembali dan mengatakan, “Orang yang telah membunuhku adalah anak saudaraku yang menangis keras dan menempari pipinya sendiri. Ia membunuhku agar dapat mewarisi hartaku.” Kemudian ia mati lagi.

Sekalipun Bani Israil telah melihat tanda-tanda dan mukjizat itu, mereka terus saja menyakiti Nabi Musa hingga Nabi Musa meninggal dunia dalam keadaan marah kepada mereka. []

Sumber: Kisah Teladan dalam Al-Quran, Karya Hamid Ahmad Ath-Thahir, Penerbit Aqwam, Cetakan VII, Shafar 1438 H

Ikuti kami selengkapnya di:

WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam

Related posts
Kisah Nabi-nabi

Penciptaan Nabi Adam dan Hikmah di Balik Penciptaannya

Kisah Nabi-nabi

3 Sifat Nabi Ibrahim

Kisah Nabi-nabi

Nabi Sulaiman dan Burung Hudhud

Kisah Nabi-nabi

Janji Allah kepada Nabi Ibrahim