
Seorang dokter bernama Harits hin Kaldah ditanya. “Apa obat yang tak ada penyakitnya?”
la menjawab, “Jangan masukkan makanan dalam perutmu, sedangkan di dalamnya masih ada makanan.”
Memasukkan makanan ke dalam makanan akan melahirkan penyakit.
Ada juga yang ditanya tentang obat terbaik, yaitu engkau makan ketika kamu mempunyai selera makan dan berhenti makan sebelum selera makan tu hilang.
BACA JUGA: Hukum Obat Batuk Tenggorokan Mengandung Ethanol
Bukankah obat ini terhidang di atas meja pada setiap rumah kita? Apakah kita membutuhkan apotek yang menjual obat? Bukankah setiap diri kita mampu untuk tidak makan sampai kita lapar dan menyelesaikan makan sebelum kenyang? Jangan menjadikan makanan sebagai ambisi terbesarmu!
Barangsiapa ambisinya terhadap apa yang akan masuk ke dalam perutnya, maka nilainya tidak lain sekadar apa yang keluar darinya.
Mudah-mudahan ini mengingatkan kita ketika menghadiri undangan atau acara di hotel hotel, piring penuh dengan segala macam makanan enak dan lezat.
Kita mengira akan mampu memakan semua yang ada di dalamnya.
Kemudian kita tidak mampu memakannya walaupun hanya seperempat bahkan sepersepuluhnya. Kemudian kita lihat pemandangan yang menyedihkan: para pembantu membuang makanan yang tersisa di kotak sampah pembuangan.
Tidakkah teringat kalau masih ada jutaan kaum Muslimin yang kelaparan? Mereka membutuhkan sesuap makanan yang terbuang di kotak sampah.
BACA JUGA: Karateristik Para Penghuni Surga
Diriwayatkan bahwa Nabi Yusuf a.s. ketika menjadi bendahara negeri Mesir, ia kelaparan dan makan roti dari gandum. Ketika ditanya “Apakah kamu lapar. padahal kamu memiliki kunci gudang”
la menjawab, “Saya takut kalau saya kenyang akan melupakan orang-orang yang dalam kelaparan.”
Subhanallah, berapa banyak di antara kita yang perhatian dengan kondisi kaum Muslimin yang kelaparan? Mari ingat mereka lalu keluarkan sedikit dari rezeki kita untuk bersedekah kepada mereka melalui yayasan sosial. Kita akan merasakan kelezatan kelaparan saudara-saudara kita kaum Muslimin. []
Referensi: Bermalam di Surga/Karya: Dr. Hasan Syam Basya/Penerbit: Gema Insani Jakarta 2015
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam