Acara pelantikan telah usai. Hari itu, Umar bin Abdul Aziz resmi menjadi khalifah kaum muslimin.
Bergegas ia melangkahkan kakinya, kembali ke rumah. Setiba di sana, menangislah ia di hadapan Fathimah binti Abdul Malik, istrinya.
“Apa yang menyebabkanmu menangis, wahai Amirul Mukminin? tanya sang istri.
“Wahai istriku, aku telah diuji oleh Allah dengan jabatan ini. Aku sedng teringat kepada orang-orang miskin, para janda, yang anaknya banyak namu hartanya sedikit. Aku teringat pada orang-orang yang dalam tawanan, orang-orang fakir diantara kaum muslimin” jawab umar.
Lalu ia melanjutkan kembali, “Aku tahu mereka semua akan mendakwaku di akhirat kelak dan aku cemas tidak dapat menjawab berbagai hujjah mereka sebagai khalifah. Karena aku tahu, yang menjadi pembela mereka kelak adalah Rasulullah ﷺ .”
Jawaban sang suami, membuat Fatimah turut meneteskan air mata.
Ketakutan akan pertanggungjawaban kepemimpinannya di hadapn Allah kelak, menjadikan umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah yang sangat sederhna. Ia membatasi fasilitas dunia bukan hanya untuk dirinya, namun juga untuk keluarganya
“Bawa kendaraan ini ke pasar, dan juallah. Simpan hasil penjualannya di baitul mal!” Titah beliau suatu kali, saat para pengawal membawa ke hadapannya kendaraan yang biasanya dipakai khusus oleh khalifah.
“Cukup bagiku tungganganku ini saja (binatang tunggangan milik beliau pribadi)” tegasnya.
Ketegasannya dalam menanggung amanah, kesederhanaannya terhadap dunia, menjadikan belaiu disejajarkan dengan empat sosok Khulafaur Rasyidin. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam