Menyadari bahwa sang anak sudah sedemikian kuat untuk belajar hadis karena mengikuti petunjuk gurunya, sang ibu kemudian menggelar sajadah dan dengan khusyuk berdoa kepada Allah. Sementara itu, sang anak berdiam di kamarnya sembari mengulang bacaan Surah Qaaf.
Pada saat sang ibu memohon kepada Allah untuk mengembalikan penglihatan sang anak, pada saat bersamaan sang anak sedang membaca ayat ke-22 Surah Qaaf yang berarti “… maka mulai hari ini Kami bukakan sekat yang menutupi itu dan mulai hari ini pandanganmu akan menatap dengan tajam.”
Pertemuan doa sang ibu dengan bacaan sang anak yang sama-sama tulus menjadikan sang anak merasakan hal yang berbeda di matanya. Seketika ia dapat melihat. Ia kemudian berlari ke ibunya sembari berteriak, “Ibu ibu, aku bisa melihat”.
Sang ibu yang terkantuk karena penuh pasrah berdoa tak sepenuhnya percaya. Namun, sang anak meyakinkan ibunya bahwa ia kini dapat melihat. Akhirnya, dengan penuh syahdu dan syukur, kedua insan yang sangat soleh dan solehah tersebut berpelukan sembari menangis. Itulah awal dari pengembaraan sang anak untuk meniti karier menjadi ahli hadis ternama.
Baca Juga: 7 Dosa Besar yang Membinasakan
Tahukah saudara siapa anak tersebut? Tiada lain dan tiada bukan ia adalah Imam Bukhari, seorang penghafal hadis yang menyusun Sahih Bukhari. Ulama yang bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari ini lahir pada 13 Syawal 194 H di Bukhara, sebuah daerah di tepi Sungai Jihun, Uzbekistan.
Beliau hafal 300 ribu hadis , yang terdiri dari 200 ribu hadis tidak sahih dan 100 ribu hadis sahih. Dari 100 ribu hadis yang sahih, beliau hanya mencantumkan 7.275 hadis dalam Sahih Bukhari. Tak mengherankan jika para ulama menempatkan Sahih Bukhari sebagai kitab pertama dalam urutan kitab-kitab hadis yang muktabar.
Dari kisah tersebut, kita dapat memetik pelajaran bahwa bukan hanya karena kemampuan Imam Bukhari semata yang menjadikannya sebagai ulam hadis ternama, melainkan juga karena dari ikhtiar sang ibu yang tak lelah khusyuk berdoa untuk sang anak.
Sang ibu selalu menghamparkan sajadah dan memanjatkan doa penuh khusyuk agar sang anak benar-benar bisa mencapai cita-cit tertinggi, yakni bermanfaat bagi agama dan masyarakat, seperti apa pun keadaannya. Pada akhirnya, cita-cita tersebut Allah wujudkan.[fir]
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: wa.me/6285860492560 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam20
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam