
Diriwayatkan dari Aisyah Di hadapan Rasulullah terdapat timba atau ember, beliau memasukkan kedua tangan ke dalam air lalu beliau usapkan ke wajah, beliau mengucapkan:
لا إِلَهَ إِلَّا اللهُ إِنَّ لِلْمَوْتِ سَكَرَاتٍ ثُمَّ نَصَبَ يَدَهُ فَجَعَلَ يَقُوْلُ في الرَّفِيقِ الْأَعْلَى حَتَّى قُبِضَ وَمَالَتْ يَدُهُ
“La ilaha illallah, sungguh kematian itu ada sekaratnya. Beliau menengadahkan tangan lalu berdoa: Bersama golongan para nabi. Hingga beliau wafat kemudian tangan beliau jatuh.” Riwayat At-Tirmidzi, hadits nomor 2338, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani, lihat, Shahih al-Jami’, 1/333.
BACA JUGA: Dahsyatnya Sakaratul Maut
Imam Al-Qurthubi menyampaikan, bahwa ulama menjelaskan, kematian akan menimpa para nabi, rasul, golongan pertama dan orang-orang bertakwa, lantas kenapa kita sibuk untuk membicarakannya, kenapa kita berselisih pendapat untuk mempersiapkan diri menghadapinya?!
قُلْ هُوَ سَوَّا عَظِيمُ أَنتُمْ عَنْهُ مُعْرِضُونَ ))
“Katakanlah: Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling daripadanya.” (QS. Shad: 67-68)
Beratnya kematian dan sakaratul maut yang dialami para nabi memiliki dua manfaat;
Pertama; agar manusia tahu seperti apa derita saat meng-hadapi kematian, dan beban berat kematian itu tidak terlihat.
Kadang orang menyaksikan orang mati tanpa melihat gerakan ataupun kesedihan si mayit, yang ia lihat hanyalah ruh keluar dari jasad dengan mudahnya, sehingga yang bersangkutan mengira kematian itu mudah padahal ia tidak tahu apa sebenarnya yang dialami si mayit.
Karena para nabi yang benar imannya telah mengabarkan berita tentang beban berat sakitnya kematian yang mereka alami, padahal mereka adalah orang-orang yang mulia di mata Allah meski ada sebagian nabi yang wafat dengan mudah, seluruh manusia pun meyakini kematian yang dirasakan dan dialami oleh si mayit sangat berat berdasarkan berita yang mereka sampaikan.
Kedua; mungkin ada sebagian orang berfikir, mereka adalah orang-orang tercinta (para nabi dan rasul Allah), lalu kenapa mereka juga mengalami beban berat yang begitu besar, Allah kuasa untuk meringankan kematian mereka. Jawabannya karena manusia yang paling berat cobaannya di dunia adalah para nabi, selanjutnya orang-orang semisal mereka, lalu orang-orang yang mengikuti mereka.”
Allah ingin menguji mereka untuk menyempurnakan kemuliaan mereka di sisi-Nya, meninggikan derajat mereka di dekat-Nya. Beratnya kematian yang dialami para nabi dan rasul bukan sebagai kekurangan ataupun siksa, namun seperti yang Allah telah sampaikan, hal itu untuk mengangkat kemuliaan mereka setinggi-tingginya, dan mereka ridha atas takdir yang diberlakukan terhadap mereka.
BACA JUGA: Sakaratul Maut Seorang Manusia
Karena itulah Allah ingin menutup usia mereka dengan beban berat seperti itu meski Allah bisa meringankan beban itu untuk mengangkat derajat mereka dan memperbesar pahala mereka sebelum wafat, seperti halnya Nabi Ibrahim diuji dengan kobaran api, Nabi Musa diuji dengan rasa takut dan kitab Taurat, Nabi Isa diuji dengan tanah gersang dan nabi kita Muhammad yang diuji dengan kemiskinan di dunia serta peperangan yang beliau lancarkan ter-hadap orang-orang kafir. Itu semua berfungsi untuk meningkatkan kondisi dan menyempurnakan derajat mereka. []
Sumber: Ar-Riyad an-Naadirah fii Shahiih ad-Daaril Akhirah (Menguak Fenomena Kematian & Rentetan Peristiwa Dahsyat Menjelang Kiamat) / Dr. Ahmad Musthafa Mutawalli / Pustaka Dhiya’ul Ilmi / Cetakan Pertama: Rabiul Awwal 1439 H/Nopember 2017 M
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam