
Di antara contoh ketawadhu’an Rasul ﷺ yang lain adalah sebagai berikut.
1. Beliau mau mengendarai hewan apa pun. Kadang beliau mengendarai kuda, unta, bighal (kuda kecil) atau himar. Bahkan beliau kadang berjalan kaki dengan tanpa alas kaki, tanpa rida’, dan tanpa tutup kepala.
2. Rasulullah ﷺ sering mempersilakan hamba sahaya atau sahabat-sahabatnya membonceng di belakangnya. Beliau pernah memboncengkan Usamah bin Zaid dari Arafah, al-Fadhl bin Abbas dari Muzdalifah dan juga Muadz bin Jabal, Ibnu Umar, dan sahabat-sahabatnya yang lain. (Ihya Ulumiddin, 2/318)
3. Rasul ﷺ juga tidak merasa segan tidur di lantai. Bila para sahabat membentangkan kain, Rasul tidur di atasnya, namun bila tidak, beliau biasa tidur di atas lantai. Alas tempat duduk beliau isinya hanyalah serabut, panjangnya hanya dua hasta dan lebarnya satu hasta lebih satu jengkal. Beliau tidur di atas tikar dan beliau tidak punya alas tidur selain itu.”
4. Bila Rasulullah ﷺ datang dari perjalanan jauh, anak-anak kecil menyambutnya. Beliau mendekati mereka, menggendong salah satu dari mereka dan memangkunya. Sedangkan yang lain ada yang disuruh memboncengnya dan ada yang disuruh membonceng sahabat-sahabatnya. Anak-anak itu pun gembira dan bang-ga. Di antara mereka ada yang berkata, “Saya tadi dipangku oleh Rasulullah ﷺ dan kamu diboncengkan di belakangnya.” Ada juga yang bilang, “Dan Rasul juga menyuruh sahabat-sahabatnya untuk memboncengkan kamu.”
BACA JUGA: Doa Rasulullah Mengenai Keislaman Umar bin Khattab
5. Rasulullah ﷺ selalu menerima pemberian seseorang dengan senang hati meskipun hanya seteguk air susu atau sepotong paha kelinci, dan setelah mengucapkan terima kasih serta mendoakan orang yang memberi, beliau memakan pemberian itu dengan senang. Namun, beliau sama sekali tidak mau memakan pem-berian sedekah.
6. Rasulullah ﷺ biasa berkumpul dengan orang-orang fakir dan kaum miskin. Abu Sa’id berkata, “Suatu hari saya duduk bersama orang-orang miskin kaum Muhajirin. Mereka duduknya saling berdekatan untuk menutupi bagian tubuh mereka yang terbuka. Kemudian Rasulullah ﷺ duduk di tengah-tengah kami supaya terlihat oleh semua orang yang sedang berkumpul. Beliau mempunyai hamba sahaya laki-laki dan perempuan, dan makanan serta pakaian beliau tidak jauh beda dengan makanan dan pakaian mereka.” (Ihya Ulumiddin, 2/319)
7. Rasulullah ﷺ selalu memenuhi undangan orang yang mengundangnya, baik itu orang merdeka, budak, orang berkulit putih maupun hitam. Beliau tidak pernah merasa risi diundang oleh orang-orang miskin.
8. Ketika Rasulullah ﷺ sampai di Madinah, beliau singgah di rumah Abu Ayyub al-Anshari. Kejadian selama beliau tinggal di rumah sahabatnya itu, diceritakan sendiri oleh Abu Ayyub al-Anshari, “Sesampainya Rasulullah ﷺ di rumahku, beliau sing-gah di lantai bawah, sedangkan saya dan istriku berada di lantai atas. Saya berkata kepada Rasul, ‘Wahai utusan Allah, sungguh saya tidak enak rasanya bila berada di atas sedangkan engkau berada di bawah kami. Saya mohon engkau berkenan menem-pati lantai atas dan kami yang akan tinggal di lantai bawah. Rasul menjawab, ‘Wahai Abu Ayyub, kasihanilah saya dan orang-orang yang ingin bertemu denganku, biarkan kami tetap berada di lantai bawah.
Kemudian bejana berisi air milikku jatuh dan pecah (di lantai atas). Saya dan istri membersihkan air yang tumpah dengan kain selimut yang ada-dan kami hanya punya satu kain selimut itu-waktu itu kami sangat khawatir jika air itu menetes ke bawah dan mengenai Rasulullah ﷺ.” (As-Sirah Ibni-Hisyam)
9. Rasulullah ﷺ , mempunyai baju yang ditambal karena sobek, dan beliau kadang memakainya. Rasulullah ﷺ berkata, “Saya hanyalah seorang hamba, saya memakai pakaian sebagaimana yang dipakai oleh seorang hamba.” Kadang beliau memakai baju berupa lembaran kain yang ujungnya diikatkan pada dua pun-daknya. Kadang bila shalat di rumah, Beliau mengenakan lem-baran kain yang cukup untuk menutupi tubuhnya yang diselen-dangkan di salah satu pundaknya.
10. Suatu hari ada seseorang datang menghadap Rasul, dengan tubuh gemetar karena takut terhadap beliau. Beliau pun berkatakepadanya, “Tenang, saya bukanlah seorang raja, saya hanyalah anak seorang wanita suku Quraisy yang makanannya dendeng ketika di Mekah.”
11. Tempat duduk Rasulullah ﷺ tidak bisa dibedakan dengan tem-pat duduk para sahabat, karena biasanya tempat duduk beliau meskipun di ujung, tapi menyambung dengan tempat duduk para sahabat. Kadang bila ada orang asing yang baru datang, dia tidak tahu yang manakah Rasulullah, hingga dia harus bertanya dulu kepada orang-orang yang duduk di sana. Rasulullah ﷺ bersabda, “Jangan sampai seseorang menyuruh orang lain berdiri dari tempat duduknya, kemudian dia menduduki tempat duduk kawannya itu, hendaknya orang-orang yang sudah duduk me-longgarkan dan meluaskan tempat yang ada (supaya orang yang baru datang juga bisa duduk).” Rasulullah ﷺ juga bersabda, “Bila orang-orang sudah mengambil tempat duduknya masing-masing, kemudian ada seseorang memanggil kawannya untuk ber-gabung, hendaknya orang itu melonggarkan tempat duduk yang ada sebelum kawannya datang, hal ini merupakan penghormatan bagi kawannya itu. Bila dia tidak meluaskan tempat duduk yang ada, hendaknya dia mencarikan tempat lain yang cukup supaya kawannya bisa duduk di sana.
BACA JUGA: Abu Bakar Ash-Shiddiq, Khalifah Rasulullah ﷺ
12. Sahabat-sahabat Rasul kadang melantunkan syair di hadapan beliau dan bercerita tentang pengalaman mereka sewaktu masa jahiliah, mereka saling tertawa dan Rasul pun tersenyum melihat mereka tertawa. Beliau tidak memarahi mereka kecuali bila mereka melakukan hal-hal yang diharamkan agama.
13. Kadang Beliau juga bercanda dengan istri-istrinya dan berendah hati di hadapan mereka. Suatu hari Nabi kalah bermain dengan Aisyah, namun di lain hari Nabi yang menang dan beliau berkata, “Kemenangan ini balasan kemenanganmu yang dulu.”
14. Rasulullah ﷺ tidak suka bila sahabatnya berdiri di saat menyambut kedatangannya. Pada suatu kesempatan Rasulullah ﷺ pernah berkata kepada para sahabat, “Bila kalian melihatku, janganlah kalian berdiri seperti apa yang dilakukan orang asing terhadap raja-raja mereka.” Rasul juga pernah bersabda, “Barang-siapa merasa senang bila disambut orang-orang dengan berdiri, hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka.” Sahabat Anas r.a. berkata, “Tidak ada orang yang lebih kami cintai melebihi Rasulullah ﷺ .. Dan bila kami melihatnya, kami tidak mau berdiri, karena kami tahu beliau tidak suka dengan hal itu.”
15. Ketika Rasulullah pergi menuju daerah Badar untuk berperang. Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, dan Martsad al-Ghanawi naik satu unta secara bergantian. Ketika Ali dan Martsad meminta supaya beliau saja yang menaiki unta tersebut hingga ke tempat tujuan, beliau menolak dan berkata, “Kalian tidak lebih kuat dariku, dan saya juga butuh pahala seperti kalian.” (24 Sirah Ibnu Hisyam, 20/264) []
Sumber: Akhlak Rasul, Menurut Al-Bukhari dan Muslim / Penulis: Abdul Mun’im al-Hisyami / Penerbit: Gema Insani Press / Cetakan Kedelapan, Dzulhijjah 1441 H / Agustus 2019 M
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: Join Group WA (WhatsApp Group)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam2
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam