Imam Abu Hanifah adalah salah satu ulama hukum terbesar (Mujtahidin) dan yang pertama mendefinisikan proses yang mengatur prinsip-prinsip Fiqih.
Ia lahir di kota Kufah, Irak pada tahun 699 M dan tinggal di kota Bagdad. Dia digambarkan oleh murid-muridnya sebagai seseorang yang sangat saleh, tidak banyak bicara dan tenggelam dalam pikirannya hampir sepanjang waktu.
Dia tidak berbicara kecuali dia berada dalam keadaan sangat terpaksa, dan beliau menjawab pertanyaan hanya jika dia tahu jawabannya.
Dia menghindari pergaulan dengan orang-orang yang berpikiran duniawi dan orang-orang yang memiliki kekuatan duniawi. Dia menghindari pembicaraan tak jelas dan fitnah dan hanya berbicara baik tentang orang lain, bahkan jika tidak ada hal baik untuk dibicarakan tentang orang tersebut.
Begitulah gambaran Imam Abu Hanifah oleh murid-muridnya. Imam Abu Hanifah dikaruniai kecerdasan yang luar biasa.
Dia dikenal dalam melihat berbagai hal dengan perspektif yang berbeda, dan juga karena pandangan rasionalnya.
BACA JUGA: Imam Abu Hanifah dan Seorang Perempuan Penjual Pakaian
Ada suatu kesempatan ketika seorang Romawi mengajukan tiga pertanyaan kepada orang-orang.
‘Siapa yang ada di hadapan Tuhan, ke arah mana Tuhan menghadap saat ini, dan apa yang Tuhan lakukan saat ini?’.
Tak seorang pun di antara orang banyak yang bisa menjawab tiga pertanyaan ini.
Abu Hanifah saat itu baru berusia sekitar 10-12 tahun, tetapi tahu bagaimana menanggapinya.
Dia kemudian meminta orang Romawi itu untuk menghitung mundur dari 10. Orang Romawi menghitung sampai dia mencapai nol.
Abu Hanifa bertanya kepadanya ‘apa bilangan sebelum nol?’
Orang Romawi itu menjawab, ‘Tidak ada’.
Abu Hanifah kemudian berkata, `Jadi bagaimana mungkin Tuhan dan pencipta seluruh dunia tidak menjadi awal dari segalanya jika akal sehat menyatakan bahwa tidak ada yang sebelum nol?’
Abu Hanifa melanjutkan ke pertanyaan kedua, (‘Arah mana yang menghadap Tuhan saat ini?’) dan bertanya kepada orang Romawi itu, “Jika Anda menyalakan lilin, apa yang Anda lihat?”
Orang Romawi menjawab: ‘Lampu.’
Abu Hanifah kembali bertanya, ‘Ke arah mana cahaya lilin menghadap?’
Orang Romawi itu menjawab, ‘Tidak menghadap ke arah manapun’.
Maka Abu Hanifah bertanya, ‘Lalu bagaimana pendapatmu tentang Allah yang adalah cahaya dari segala cahaya?’.
Abu Hanifah kemudian beralhi ke pertanyaan ketiga. ‘Apa yang sedang Tuhan lakukan sekarang?’
BACA JUGA: Abu Hanifah dan Satu Nasihat dari Anak Kecil
Dia menyuruh orang Romawi itu untuk bertukar tempat dengannya sehingga Abu Hanifah dapat berbicara di tempat yang sama seperti yang dilakukan orang Romawi tersebut.
Orang Romawi berpikir bahwa ini adil dan masuk akal. Jadi mereka bertukar tempat.
Abu Hanifah akhirnya menjawab pertanyaan terakhir, ‘Anda bertanya kepada saya apa yang sedang dilakukan Allah sekarang … sekarang Dia sedang membuat orang yang batil turun dari mimbarnya dan berhasil menyuruh seseorang untuk menjawab dan membuktikan bahwa Anda salah’.
Begitulah cerdasnya Imam Abu Hanifah. []
Ikuti kami selengkapnya di:
WhatsApp: wa.me/6285860492560 (silakan mendaftar terlebih dahulu)
Instagram: https://www.instagram.com/pusatstudi.islam20/
YouTube: https://www.youtube.com/@pusatstudiislam
Telegram : https://t.me/pusatstudiislam20
Facebook Fanspage : https://www.facebook.com/pusatstudiislam